Kamis, 07 Juli 2011

RENUNGAN PAGI: "SUARA TEMAN: PERLUKAH?


Jumat, 29 April, 2011
Yoh 21:1-14


“Atas berbagai cara Tuhan bekerja melalui orang lain,
... terutama sahabat-sahabat kita bila saja kita mau menyadarinya.”


            Cerita pengalaman Petrus dan sahabat-sahabatnya yang kita dengarkan dalam Injil hari ini atas cara yang sama atau pun mirip pasti terjadi dalam kehidupan kita. Di saat di mana harapan telah sirna,  jalan terasa tertutup dan semuanya terasa tidak berpihak kepada kita maka apa pun bisa kita perbuat agar  kepenatan hati dan pikiran dapat terusir alias pelarian pun bisa dibuat sebagai jalan keluar, kendatipun hal-hal yang kita perbuat itu sesungguhnya tidak kita inginkan. Syukur kalau tempat/apa yang kita jadikan jalan keluar kita itu baik, tetapi jika tempat pelarian kita adalah hal-hal buruk seperti judi, perselingkuhan, mengkonsumsi obat terlarang dan minuman keras, maka bukan hanya diri kita sendiri yang kita rugikan melainkan juga orang-orang di sekitar kita.

            Situasi di atas sungguh dialami oleh Petrus dan teman-temannya yang lain ketika kematian Sang Guru baru saja terjadi beberapa hari yang lalu, dan kini kebangkitan-Nya masih menjadi tanda tanya di dalam hati dan pikiran. Cerita singkatnya; untuk menghapus semua kenangan buruk tentang kematian sang Guru, maka Petrus ingin pergi memancing. Demikian pun murid-murid yang lain. Ketika mereka tidak mendapatkan apa-apa (karena hati dan pikiran mereka tidak fokus pada apa yang sedang mereka lakukan saat itu yakni menangkap ikan) maka Yesus pun hadir di tengah mereka, menyapa dan meminta mereka untuk menebarkan jala di tempat yang benar. Setelah mendapatkan banyak ikan, ada yang menyadari bahwa Dia Yang sedang berbicara dengan mereka adalah Tuhan, Kristus yang telah bangkit, maka dia pun berkata kepada Petrus; “Itu adalah Tuhan!” Serentak hati dan pikiran Petrus pun terbuka dan menyadari kehadiran Tuhan saat itu.

            Cerita tentang pengalaman Petrus dan teman-temannya yang lain pun kita alami dalam kehidupan kita setiap saat, terutama ketika kita merasa tidak dicintai lagi oleh orang lain (suami, istri, orang tua, anak dan sahabat kenalan kita) maka terkadang tindakan pelarian diri pun dibuat untuk menyelesaikan masalah. Dan, seperti dilukiskan dalam alinea pertama di atas syukur kalau kita memilih jalan/cara yang baik, tetapi bila cara atau jalan yang kita pilih keliru bahkan salah maka resiko kehancuran diri dan hubungan dengan orang lain pun akan kita tanggung sebagai akibatnya. Di saat seperti itu, kita sesungguhnya perlu bantuan orang lain, sahabat dan kenalan kita untuk menunjuk mana jalan yang benar atau mana cara yang tepat untuk ditempuh seperti apa yang diperbuat oleh Yohanes kepada Petrus dengan mengatakan; “Itu adalah Tuhan!” Meskipun demikian, aku selalu percaya bahwa petunjuk dan nasehat apa pun tidak ada artinya jika kita sendiri tidak membuka mata dan hati kita untuk menerima dan mengakui kehadiran Tuhan seperti Petrus. Petrus, akhirnya menyadari bahwa itu adalah Tuhan ketika ia mengalihkan fokus perhatiannya dari  kesedihan dan kegalauan hati-pikirannya tentang kematian Gurunya kepada kenyataan bahwa Sang Guru telah bangkit dan sekarang berada di tengah-tengah mereka, terlebih  ketika Sang Guru, Kristus yang bangkit berada di hatinya.

            Oleh karena itu, nasehatku kepadamu sebagai saudaraku singkat saja di pagi ini; Dalam hidup kadang terjadi bahwa kita tiba di saat di mana mata dan hati kita tertutup untuk menyadari kehadiran Tuhan, di saat di mana semua jalan terasa tertutup dan harapan hidup telah sirna, maka di saat itulah, nasehat dan petunjuk teman perlu dipertimbangkan. Kita memerlukan kehadiran orang lain, terutama orang tua, sahabat dan kenalan kita untuk menunjukkan bahwa inilah jalan yang benar, yang ini boleh dan yang sana tidak boleh. Kita memerlukan suara teman untuk menunjuk bahwa cara ini lebih baik daripada cara yang sana. Akan tetapi, terlebih kita memerlukan orang lain (sahabat dan orang-orang yang kita cintai) untuk mengatakan kepada kita bahwa “itulah Tuhan!” Hanya di saat di mana kita membuka hati dan pikiran untuk menerima nasehat dan petunjuk orang lain (yang bisa saja adalah suara Tuhan) maka kita pun terlepas dari beban hidup kita, atau setidak-tidaknya kita akan mendapatkan cara baru untuk menghayati tentang makna derita dan arti hidup bagi kita.


Salam dan doa seorang teman untuk para sahabat,

***Duc in Altum***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar