Kamis, 07 Juli 2011

RENUNGAN PAGI: "SIAPAKAH AKU?"


Selasa, 12 April, 2011
Yoh 8:21--30


“Kesadaran akan siapakah aku akan membuat aku mampu menghormati orang lain apa adanya.”
...

            Menjadi sesuatu yang lazim jika setiap saat kita menerima sms dari orang lain yang nomornya tidak ada dalam daftar kita maka pertanyaan pada umumnya yang menjadi balasan yakni; “Siapakah Anda? Atau dengan siapakah ini?” Demikian pun jika kita bertemu dengan orang lain, maka pertanyaan sama selalu kita ajukan. Sebaliknya, entahkah diminta atau atas inisiatif sendiri (menjadi tanda kesopanan) bila setiap kali kita sendiri memperkenalkan diri kepada orang lain. Di Filipina, kebiasaan untuk memperkenalkan diri dengan menyebutkan gelar-gelar akademik atau pemerintahan, posisi dan jabatan selalu menjadi hal yang diharapkan oleh orang lain, atau setidak-tidaknya oleh orang yang menjadi pembicara atau tamu dalam sebuah pertemuan.“Banyak orang bangga atas gelar dan jabatan dan lupa untuk menilai dan memaknai kata dan perbuatan yang bermanfaat bagi sesama dan menyenangkan Hati Allah.”

            Injil hari ini berbicara tentang bagaimana Yesus memperkenalkan Diri-Nya sebagai“seorang utusan, bahkan lebih dari seorang utusan yakni sebagai Anak Allah.” Kriteria Yesus sangat jelas yakni karena apa yang Dia dengar dari Bapa-Nya, itulah yang dikatakan/diberitakan kepada para pendengar-Nya, agar bukan nama-Nya diagungkan dan dipuji puja, tetapi semuanya demi kemuliaan Bapa-Nya. Ia tak pernah berbicara untuk dan demi Diri-Nya sendiri. Semua yang dikatakan dan diperbuat-Nya hanya mempunyai satu tujuan yakni agar Bapa dimuliakan oleh setiap pendengar-Nya. Kesadaran akan siapakah Diri-Nya membuat-Nya untuk selalu menyenangkan Hati Allah, Bapa-Nya sebagai Pengutus-Nya.

            Saudara dan aku pun adalah seorang utusan, bahkan lebih dari itu adalah seorang anak dari Bapa yang satu dan sama seperti Yesus. Atas tugas yang sama pun kita dipanggil, yakni agar kita dapat mencintai Allah dan sesama kita. Jika kecenderungan manusia untuk selalu bertanya siapakah Anda, maka alangkah baiknya jika di pagi ini kita tunduk merendah dan bertanya jujur;“Siapakah aku?” Banyak tidak pernah bertanya seperti ini sehingga mereka pun tidak tahu untuk apa mereka ada dan hidup. Jika Anda sadar siapakah Anda sebagai seorang utusan dan bahkan sebagai seorang anak, maka tidak lain yang Anda buat adalah melakukan kehendak Dia yang mengutusmu, kehendak Sang Bapa. Ketidaksadaran akan siapakah Anda akan mengurungmu dalam kesempitan berpikir dan bertindak “hanya demi dan untuk diriku sendiri.” Yesus sungguh memiliki kesadaran Diri yang sempurna sehingga hidup-Nya, apa yang dipikirkan-Nya, apa yang dikatakan-Nya dan semua yang diperbuat-Nya tertuju dan bermuara pada Allah, Bapa-Nya.

            Karena itu, menjadi bahan permenungan bagi kita di pagi ini, yakni; “Siapakah Aku? Untuk apa dan siapakah aku hidup dan bekerja?” Hanya mengingatkanmu bahwa Yesus telah membuat seluruh kata dan perbuatan-Nya, bahkan Diri-Nya dibagi-bagikan kepada orang lain sampai tuntas lewat pengorban-Nya di salib untuk saudara dan aku. Rasanya menjadi sesuatu yang wajar jika diri dan hidup kita pun menjadi roti yang terpecah-pecahkan bagi sesama kita selama hidup masih terberi untuk kita. Sesaat ketika Anda mampu memberi maka saat itulah Anda mampu menjadi “berkat atau roti yang terpecah-pecahkan” bagi orang lain, dan sungguh, itulah yang menyenangkan Hati Allah. Dan, ini pun menjadi benar, “jika Anda mampu mengenal siapakah yang mengutusmu atau siapakah Bapamu maka pasti Anda pun mampu mengenal dirimu sendiri dan tahu  untuk apa Anda ada dan hidup di dunia ini.”


Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,

***Duc in Altum***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar