Minggu, 17 April, 2011
Minggu PALMA (Mengenang SENGSARA TUHAN)
Mat 27:33-54
... “Jika hari ini Anda menangis karena mendengar dan merasakan penderitaan-Nya yang dasyat itu, maka tanamkanlah di dalam hatimu bahwa
Ia melakukannya karena Ia sungguh mencintaimu.”
Jika dulu Delon (Juara II Indonesian Idol) bernyanyi lagu “Semuanya karena Cinta,”yang beberapa syairnya ingin kukutip untukmu di sini; “Aku dapat berdiri tegar di sini karena cinta. Ya, semuanya karena cinta dari kalian (para penggemarnya).” Lagu itu mau mengatakan bagaimana keberhasilan seseorang hanya bisa digapai karena cinta dari begitu banyak orang yang telah memberikan dukungan lewat sms. Ia yang dulu tidak apa-apa sekarang berdiri dan menyanyi di atas panggung sebagai peserta final Indonesian Idol hanya karena wujud nyata cinta dari banyak orang kepadanya.
Injil pada hari Minggu Palma (Sengsara) ini juga mengisahkan tentang cinta seorang yang kita biasanya panggil Yesus. Dialah saudara kita. Dialah kakak sulung kita. Tapi, lebih dari itu Dialah Tuhan dan Penyelamat kita. Ia menjadi tokoh sentral dalam perayaan hari ini bukan karena sesuatu yang membuat Dia bernyanyi gembira seperti Delon di atas panggung dan disaksikan oleh banyak orang dengan gegap gempita, teriakan histeris kebahagiaan, melainkan Ia sedang bergantung di salib dengan sebuah penderitaan yang dasyat; hinaan dari mulut yang dulu diberi mereka makan; pukulan dari mereka yang pernah melihat-Nya melakukan mujizat, cacian dan teriakan ‘salibkanlah Dia’ dari sesama anak bangsa sendiri. Hal yang paling membedakan ekspresi cinta Delon dan Yesus adalah; “Delon berdiri tegar di atas panggung untuk bernyanyi sebagai peserta final Indonesian Idol karena cinta banyak orang kepadanya (satu orang), tetapi Yesus bergantung di kayu salib karena cinta-Nya (satu orang) kepada banyak orang, kepada saudara dan aku.”
Oleh karena itu, jika hari ini saudara datang merayakan sengsara Tuhan kita Yesus Kristus, maka ingatlah akan rumusan cinta sederhana hana dari teman akrab Yesus yang pernah hidup diantara kita,yakni Muder Teresa dari Calcuta tentang cinta sejati. “Cinta sejati adalah ketika seseorang dapat mencintai sampai terluka.” Ya, Yesus adalah pencinta sejati, yang tidak hanya melukiskan cinta-Nya dalam kata-kata indah seperti; “Sahabat sejati adalah seorang yang mau menyerahkan nyawanya bagi sahabatnya,” tetapi Ia sungguh melakukan apa yang dikatakan-Nya; Ia bergantung di salib karena cinta-Nya kepada saudara dan aku. Ia sungguh membuktikan bahwa rumusan cinta tanpa bukti, tanpa sebuah perbuatan adalah mati, adalah cinta yang hampa, adalah cinta tanpa makna. Ingatlah bahwa hari ini Ia menderita karena saudara dan aku. Semoga saja kita masih tahu berterima kasih kepada Dia Yang telah berkorban untuk kita lewat pertobatan batin yang sungguh. Sungguh, Ia telah menderita dan akhirnya mati untuk saudara dan aku.
Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,
***Duc in Altum***
Minggu PALMA (Mengenang SENGSARA TUHAN)
Mat 27:33-54
... “Jika hari ini Anda menangis karena mendengar dan merasakan penderitaan-Nya yang dasyat itu, maka tanamkanlah di dalam hatimu bahwa
Ia melakukannya karena Ia sungguh mencintaimu.”
Jika dulu Delon (Juara II Indonesian Idol) bernyanyi lagu “Semuanya karena Cinta,”yang beberapa syairnya ingin kukutip untukmu di sini; “Aku dapat berdiri tegar di sini karena cinta. Ya, semuanya karena cinta dari kalian (para penggemarnya).” Lagu itu mau mengatakan bagaimana keberhasilan seseorang hanya bisa digapai karena cinta dari begitu banyak orang yang telah memberikan dukungan lewat sms. Ia yang dulu tidak apa-apa sekarang berdiri dan menyanyi di atas panggung sebagai peserta final Indonesian Idol hanya karena wujud nyata cinta dari banyak orang kepadanya.
Injil pada hari Minggu Palma (Sengsara) ini juga mengisahkan tentang cinta seorang yang kita biasanya panggil Yesus. Dialah saudara kita. Dialah kakak sulung kita. Tapi, lebih dari itu Dialah Tuhan dan Penyelamat kita. Ia menjadi tokoh sentral dalam perayaan hari ini bukan karena sesuatu yang membuat Dia bernyanyi gembira seperti Delon di atas panggung dan disaksikan oleh banyak orang dengan gegap gempita, teriakan histeris kebahagiaan, melainkan Ia sedang bergantung di salib dengan sebuah penderitaan yang dasyat; hinaan dari mulut yang dulu diberi mereka makan; pukulan dari mereka yang pernah melihat-Nya melakukan mujizat, cacian dan teriakan ‘salibkanlah Dia’ dari sesama anak bangsa sendiri. Hal yang paling membedakan ekspresi cinta Delon dan Yesus adalah; “Delon berdiri tegar di atas panggung untuk bernyanyi sebagai peserta final Indonesian Idol karena cinta banyak orang kepadanya (satu orang), tetapi Yesus bergantung di kayu salib karena cinta-Nya (satu orang) kepada banyak orang, kepada saudara dan aku.”
Oleh karena itu, jika hari ini saudara datang merayakan sengsara Tuhan kita Yesus Kristus, maka ingatlah akan rumusan cinta sederhana hana dari teman akrab Yesus yang pernah hidup diantara kita,yakni Muder Teresa dari Calcuta tentang cinta sejati. “Cinta sejati adalah ketika seseorang dapat mencintai sampai terluka.” Ya, Yesus adalah pencinta sejati, yang tidak hanya melukiskan cinta-Nya dalam kata-kata indah seperti; “Sahabat sejati adalah seorang yang mau menyerahkan nyawanya bagi sahabatnya,” tetapi Ia sungguh melakukan apa yang dikatakan-Nya; Ia bergantung di salib karena cinta-Nya kepada saudara dan aku. Ia sungguh membuktikan bahwa rumusan cinta tanpa bukti, tanpa sebuah perbuatan adalah mati, adalah cinta yang hampa, adalah cinta tanpa makna. Ingatlah bahwa hari ini Ia menderita karena saudara dan aku. Semoga saja kita masih tahu berterima kasih kepada Dia Yang telah berkorban untuk kita lewat pertobatan batin yang sungguh. Sungguh, Ia telah menderita dan akhirnya mati untuk saudara dan aku.
Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,
***Duc in Altum***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar