Sapaan seorang sahabat untuk para sahabat,
Selamat pagi dan selamat beraktivitas untuk semua sahabat.
Maaf atas keterlambatan mengudara pagi ini karena kerusakan terjadi bukan hanya pada alat tapi juga pada pengguna alat. Meskipun demikian, kudatang menyapamu sebagai sahabatku dengan doa dan berkat Tuhan yang kumohonkan bagimu untuk segala aktivi...tasmu selama pekan yang baru ini.
Senin, 28 Maret 2011
Luk 4:24-30
“Sepertinya benar bahwa lebih baik diam daripada berbicara tentang
sesuatu yang salah dalam masyarakat kita. Namun, untuk hal seperti itulah Anda dipanggil.”
Kemarin ada teman yang menyebut nama Munir dalam komentarnya yang mau menggambarkan bagaimana beliau meninggal akibat kengototannya untuk menyuarakan kebenaran dan dan keberaniannya untuk mencelah setiap praktek ketidakadilan di negara tercinta Indonesia. Almarhum seakan menjadi musuh nomor satu di Indonesia bagi mereka yang tidak ingin yang benar itu dikatakan benar dan yang adil itu adil. Sebaliknya, banyak orang merasa lebih aman jika yang benar itu dibuat salah-yang salah itu dibenarkan dan yang tidak adil itu menjadi kebanggaan, sebaliknya yang adil itu menjadi korban.
Pengalaman yang tragis telah jauh sebelumnya dialami oleh Tuhan kita Yesus Kristus. Bahkan di kota tempat tinggalnya sendiri, Ia pun ditolak dan bahkan lebih tragis lagi mereka ingin membunuh-Nya. Hanya untuk menegakkan sebuah nilai keadilan, kejujuran dan kebenaran semasa hidup-Nya, maka Ia telah menjadi musuh utama masyarakat dan bangsa-Nya sendiri. Tentunya, bukan hanya dalam penegakan nilai-nilai kemanusiaan itu, Yesus ditantang dan dikritik tetapi lebih dari itu karena Ia memproklamirkan DiriNya sebagai Mesias yang dijanjikan oleh Allah kepada bangsa Israel dan umat manusia. Meskipun nubuatan para nabi dalam kisah sejarah manusia mulai dari kejatuhan Adam dan Eva sampai seruan Yohanes Pembaptis mendapatkan kepenuhan dalam kata dan tindakan-Nya, namun manusia zaman-Nya telah tertutup mata dan hati mereka untuk menghidupi kebenaran, keadilan dan kejujuran. Sebaliknya mereka memilih lebih baik diam dan tidak mencampuri urusan seperti itu, bahkan sebagian merasa aman karena menikmati ketidakadilan dan kebohongan yang terjadi dalam masyarakat kita.
Kita pun hidup di sebuah negara, sebuah masrayakat, komunitas bahkan lingkungan terkecil dalam masyarakat yang sepertinya sulit bagi kita untuk mengatakan yang benar itu benar dan yang salah itu salah. Sebaliknya kita dikondisikan untuk ikut mengiyakan yang salah itu benar dan yang benar itu salah. Banyak orang telah menjadi korban untuk perjuangan menegakkan kebenaran, keadilan dan kejujuran di tengah masyarakat dan bangsa kita. Akibatnya, kadang secara sadar atau tidak sadar, demi rasa aman atau masa bodoh, kita pun terjerat dalam sikap diam yang berkepanjangan. Menikmati keadilan itu indah, menemukan kebenaran itu membahagiakan dan hidup di lingkungan di mana orang-orangnya jujur selalu menjadi pengalaman yang mengagumkan, namun sayangnya, banyak orang hanya ingin menikmatinya daripada ikut memperjuangkannya. Bagaikan mau mencapai sebuah puncak, sebagian besar orang lebih memilih mengendarai kendaraan daripada berjalan kaki, walaupun aturannya adalah mendaki dengan kaki sendiri.
Bila hari ini kita diundang oleh Bunda Gereja untuk merenungkan tentang kisah penolakan masyarakat kota Nazareth terhadap Yesus, maka di satu pihak, kita mau merefleksikan diri dan berkata jujur bahwa dalam urusan negara dan masyarakat, di kantor dan perusahaan, bahkan di gereja dan keluarga pun kadang kita berlaku seperti orang-orang Nazareth yang menutup mata dan telinga untuk melihat dan mendengar serta ikut memperjuangkan keadilan, kebenaran dan kejujuran di dalam hidup kita, dan di lain pihak, bila kita berani sekali untuk menjadi pembawa kebenaran, keadilan dan kekudusan, maka bersiaplah untuk menjadi musuh bersama dan bahkan bisa saja terjadi bahwa Anda akan menjadi korban dari semua perjuanganmu. Menguatkan hatimu untuk tetap menjadi orang benar, jujur dan kudus di zaman ini maka sebagai saudaramu, aku hanya mau mengingatkanmu bahwa Yesus telah mati sebagai korban, para kudus dan martir pun telah menjadi korban untuk perjuangan yang sama. Baik Yesus maupun para martir dalam gereja sadar betul akan resiko yang mereka akan terima dari perjuanganya, tapi mereka tidak pernah mundur. Mengapa? Hidup boleh dipersingkat di dunia ini oleh kehendak orang lain, tetapi kenikmatan surgawi telah menjadikan jiwa mereka berani dan tegar untuk memilih menjadi korban daripada ikut menikmati kebohongan dan ketidakadilan di dalam masyarakat. Sungguh, bagi mereka, kualitas hidup bukan diukur dari lamanya mereka hidup di dunia ini tapi pada apa yang mereka bisa buat untuk dunia selama hidup terberi kepada mereka. Apa pun yang terjadi, mereka sadar bahwa berkorban demi kebenaran, keadilan dan kejujuran adalah inti dan hakekat panggilan sebagai orang Kristen. Nyawa boleh hilang tapi nama dan jasa tetap terkenang sepanjang masa. Bagaimana saudara dan aku? Banyak orang bisa menjadi pencinta tapi ketika cinta menuntut korban, maka pasti kita mau berpikir ulang dulu sebelum mengambil keputusan. Banyak orang ingin menikmati sesuatu yang menggembirakan dan membahagiakan tapi mereka menolak untuk terlibat dalam perjuangannya.
Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,
***Duc in Altum***
Selamat pagi dan selamat beraktivitas untuk semua sahabat.
Maaf atas keterlambatan mengudara pagi ini karena kerusakan terjadi bukan hanya pada alat tapi juga pada pengguna alat. Meskipun demikian, kudatang menyapamu sebagai sahabatku dengan doa dan berkat Tuhan yang kumohonkan bagimu untuk segala aktivi...tasmu selama pekan yang baru ini.
Senin, 28 Maret 2011
Luk 4:24-30
“Sepertinya benar bahwa lebih baik diam daripada berbicara tentang
sesuatu yang salah dalam masyarakat kita. Namun, untuk hal seperti itulah Anda dipanggil.”
Kemarin ada teman yang menyebut nama Munir dalam komentarnya yang mau menggambarkan bagaimana beliau meninggal akibat kengototannya untuk menyuarakan kebenaran dan dan keberaniannya untuk mencelah setiap praktek ketidakadilan di negara tercinta Indonesia. Almarhum seakan menjadi musuh nomor satu di Indonesia bagi mereka yang tidak ingin yang benar itu dikatakan benar dan yang adil itu adil. Sebaliknya, banyak orang merasa lebih aman jika yang benar itu dibuat salah-yang salah itu dibenarkan dan yang tidak adil itu menjadi kebanggaan, sebaliknya yang adil itu menjadi korban.
Pengalaman yang tragis telah jauh sebelumnya dialami oleh Tuhan kita Yesus Kristus. Bahkan di kota tempat tinggalnya sendiri, Ia pun ditolak dan bahkan lebih tragis lagi mereka ingin membunuh-Nya. Hanya untuk menegakkan sebuah nilai keadilan, kejujuran dan kebenaran semasa hidup-Nya, maka Ia telah menjadi musuh utama masyarakat dan bangsa-Nya sendiri. Tentunya, bukan hanya dalam penegakan nilai-nilai kemanusiaan itu, Yesus ditantang dan dikritik tetapi lebih dari itu karena Ia memproklamirkan DiriNya sebagai Mesias yang dijanjikan oleh Allah kepada bangsa Israel dan umat manusia. Meskipun nubuatan para nabi dalam kisah sejarah manusia mulai dari kejatuhan Adam dan Eva sampai seruan Yohanes Pembaptis mendapatkan kepenuhan dalam kata dan tindakan-Nya, namun manusia zaman-Nya telah tertutup mata dan hati mereka untuk menghidupi kebenaran, keadilan dan kejujuran. Sebaliknya mereka memilih lebih baik diam dan tidak mencampuri urusan seperti itu, bahkan sebagian merasa aman karena menikmati ketidakadilan dan kebohongan yang terjadi dalam masyarakat kita.
Kita pun hidup di sebuah negara, sebuah masrayakat, komunitas bahkan lingkungan terkecil dalam masyarakat yang sepertinya sulit bagi kita untuk mengatakan yang benar itu benar dan yang salah itu salah. Sebaliknya kita dikondisikan untuk ikut mengiyakan yang salah itu benar dan yang benar itu salah. Banyak orang telah menjadi korban untuk perjuangan menegakkan kebenaran, keadilan dan kejujuran di tengah masyarakat dan bangsa kita. Akibatnya, kadang secara sadar atau tidak sadar, demi rasa aman atau masa bodoh, kita pun terjerat dalam sikap diam yang berkepanjangan. Menikmati keadilan itu indah, menemukan kebenaran itu membahagiakan dan hidup di lingkungan di mana orang-orangnya jujur selalu menjadi pengalaman yang mengagumkan, namun sayangnya, banyak orang hanya ingin menikmatinya daripada ikut memperjuangkannya. Bagaikan mau mencapai sebuah puncak, sebagian besar orang lebih memilih mengendarai kendaraan daripada berjalan kaki, walaupun aturannya adalah mendaki dengan kaki sendiri.
Bila hari ini kita diundang oleh Bunda Gereja untuk merenungkan tentang kisah penolakan masyarakat kota Nazareth terhadap Yesus, maka di satu pihak, kita mau merefleksikan diri dan berkata jujur bahwa dalam urusan negara dan masyarakat, di kantor dan perusahaan, bahkan di gereja dan keluarga pun kadang kita berlaku seperti orang-orang Nazareth yang menutup mata dan telinga untuk melihat dan mendengar serta ikut memperjuangkan keadilan, kebenaran dan kejujuran di dalam hidup kita, dan di lain pihak, bila kita berani sekali untuk menjadi pembawa kebenaran, keadilan dan kekudusan, maka bersiaplah untuk menjadi musuh bersama dan bahkan bisa saja terjadi bahwa Anda akan menjadi korban dari semua perjuanganmu. Menguatkan hatimu untuk tetap menjadi orang benar, jujur dan kudus di zaman ini maka sebagai saudaramu, aku hanya mau mengingatkanmu bahwa Yesus telah mati sebagai korban, para kudus dan martir pun telah menjadi korban untuk perjuangan yang sama. Baik Yesus maupun para martir dalam gereja sadar betul akan resiko yang mereka akan terima dari perjuanganya, tapi mereka tidak pernah mundur. Mengapa? Hidup boleh dipersingkat di dunia ini oleh kehendak orang lain, tetapi kenikmatan surgawi telah menjadikan jiwa mereka berani dan tegar untuk memilih menjadi korban daripada ikut menikmati kebohongan dan ketidakadilan di dalam masyarakat. Sungguh, bagi mereka, kualitas hidup bukan diukur dari lamanya mereka hidup di dunia ini tapi pada apa yang mereka bisa buat untuk dunia selama hidup terberi kepada mereka. Apa pun yang terjadi, mereka sadar bahwa berkorban demi kebenaran, keadilan dan kejujuran adalah inti dan hakekat panggilan sebagai orang Kristen. Nyawa boleh hilang tapi nama dan jasa tetap terkenang sepanjang masa. Bagaimana saudara dan aku? Banyak orang bisa menjadi pencinta tapi ketika cinta menuntut korban, maka pasti kita mau berpikir ulang dulu sebelum mengambil keputusan. Banyak orang ingin menikmati sesuatu yang menggembirakan dan membahagiakan tapi mereka menolak untuk terlibat dalam perjuangannya.
Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,
***Duc in Altum***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar