Kamis, 07 Juli 2011

RENUNGAN PAGI : "KEKUATAN DOA DAN PUASA"

  • Inno Ngutra


    Mrk 9: 14-29;
    Senin, 21 Februari 2011
    ...
    “Anda dapat berdoa tanpa berpuasa,
    namun Anda tidak akan pernah berhasil dalam puasamu
    jika tanpa doa.”

    Tahun 2001, 4 teman dan saya ditahbiskan menjadi imam/romo di Keuskupan Amboina. Semalam setelah tahbisan itu, kami dikejutkan oleh para suster yang kebetulan biara mereka berdekatan dengan rumah unio-projo, karena ada 3 orang suster yang katanya kerasukan roh jahat sehingga menjerit-jerit di atas tempat tidur. Ada seorang suster yang berlari ke rumah projo dan memohon kiranya beberapa dari kami pergi ke biara itu untuk mengusir roh jahat itu, atau setidak-tidaknya mendoakan mereka yang kerasukan itu. Wow, sebagai imam/romo yang baru mendapatkan penumpangan tangan Uskup sebagai wakil Kristus dan dengan stola putih di leher kami segera pergi menemui suster-suster itu. Apa yang terjadi kemudian? Kami mulai berdoa dan mengusir roh jahat itu dengan kata-kata tapi dasar roh bandel, keadaan suster-suster itu tidak terbantu. Demikian pun dipanggilnya beberapa romo tua di sekitar itu untuk mendoakan mereka tapi hasilnya nihil. Kecewa? Ya pasti! Masakan tahbisan baru diterima (rasanya masih panas tumpangan tangan uskup di kepala dan tangan) tapi ketika menghadapi roh jahat itu, ternyata mereka tidak menuruti perintah para romo. Setelah pulang ke kamar, aku tak bisa tidur karena memikirkan tentang kejadian itu. Saat itu, teringatlah aku akan bacaan yang hari ini kita renungan bersama, terutama tentang jawaban Yesus kepada para murid-Nya; Jenis ini tidak dapat dilakukan selain dengan DOA dan PUASA.

    Dua tahun kemudian, ketika saya bertugas di kantor keuskupan Amboina, kebiasaan doa dan puasa mulai kubuat hampir setiap minggu, setidak-tidaknya setiap hari jumat dengan cara mulai membuka puasa pada jam 12 malam hari kamis, dan menutupnya pada jam 12 malam hari jumat (24 jam penuh) tanpa makan dan minum, tetapi hanya mengandalkan doa setiap jam. Suatu waktu, karena sebuah kebutuhan penting maka saya berdoa dan berpuasa selama seminggu tapi cuma mulai dari malam jam 12 malam sampai jam 3 sore. Bersamaan dengan itu, terjadi suatu ketika beberapa anak SMU Xaverius kerasukan roh jahat setelah mereka mengadakan pertandingan dengan sekolah lain. Anak-anak itu kemudian di bawa ke rumah keuskupan. Uskup dan kami, beberapa romo menjadi bingung dengan keadaan ini. Tiba-tiba bapa Uskup menghampiriku dan berkata; Inno, pakai stola dan jubahmu dan doakanlah mereka. Aku sendiri bingung kenapa musti aku, tapi aku tidak mau bertanya balik kepada Uskup selain bergegas berlari ke kamar, memakai jubahku dan dengan stola segera kembali ke tempat di mana anak-anak itu diletakkan. Walaupun ada perlawanan dari roh-roh itu yang sangat membenci nama Yesus ketika kuucapkan tapi akhirnya roh-roh itu pun taat dan meninggalkan anak-anak itu. Luka 2 tahun lalu di mana roh bandel itu tidak bisa terusir, kini tersembuhkan dan akhirnya aku mendapatkan jawaban dan pembenaran akan Sabda Yesus, “jenis ini hanya bisa diusir dengan doa dan puasa.” (Tapi kalau ada yang kerasukan sekarang, harap jangan minta aku ya, soalnya lagi sibuk belajar jadi pasti roh bandel itu tidak ikut perintahku...heheheh..)

    Injil hari ini menceritakan hal yang sama ketika para murid tidak bisa mengusir roh jahat dari seorang anak. Pengalaman kekecewaan ini kemudian ditanyakan kepada Yesus, mengapa mereka yang telah diberi kuasa untuk mengajar dan mengusir roh jahat tapi koq yang satu ini sangat bandel dan tidak mengikuti perintah mereka? Jawaban Yesus sungguh menakjubkan; Jenis ini hanya bisa diusir dengan DOA dan PUASA. Pertanyaan yang hendak dikemukakan untuk direnungkan yakni; “Bukankah para murid itu memiliki iman? Bukankah mereka telah diberi kuasa oleh Yesus ketika Ia mengutus mereka pergi berdua-dua? Tapi kenapa hari ini sungguh menjadi hari yang menyebalkan karena roh jahat tidak menuruti perintah mereka? Pengalaman yang sama pun kadang kita alami dalam hidup; di mana doa telah dipanjatkan, intensi misa telah dibuat berulang-ulang, meminta teman mendoakan, tapi hasilnya sungguh mengecewakan karena yang sakit tetap sakit, masalah tetap ada, lowongan kerja tidak didapat, tidak lulus sekolah atau test masuk ke perguruan tinggi, dan beragam pengalaman lainnya menjadi sebab kekecewaan terhadap iman kita. Lalu, kita bertanya; “Apa artinya sebuah doa? Apa artinya puasa dan pengorbanan diri?

    Inilah yang hendak kita renungkan dan refleksikan sepanjang hari ini; “Jika kita lapar, makanan yang dimakan akan segera mengenyangkan perut kita. Jika kita haus maka minuman segelas akan memuaskan dahaga kita. Demikian pun ketika kita meminta sesuatu dari teman, mereka mungkin saja akan menunda jika barang yang diminta tidak ada pada mereka, tapi kalau ada maka permintaanmu segera diluluskan. Lalu, apa yang terjadi dengan sebuah doa yang adalah permintaan atau permohonan?

    Ada dua hal yang pantas untuk direnungkan hari ini yakni; Pertama, DOA bukanlah makanan tubuh tapi makanan roh dan jiwa. Jika tubuh memerlukan nasi maka jiwa membutuhkan doa agar tetap bertahan di hadirat Allah. Karena itu, doa dalam arti terdalam adalah “sebuah kekuatan tersembunyi yang akan membuatmu terkagum-kagum ketika memunculkan daya kuasanya.” Anda punya masalah dan berdoa tapi Anda merasa Tuhan tidak mengabulkannya. Anda kecewa dan bahkan mempersalahkan Tuhan. Tapi hari ini aku mau bertanya kepadamu; “Apa yang membuatmu tetap bertahan walaupun derita dan masalahmu belum terselesaikan? Aku mau yakinkan engkau sebagai saudaraku bahwa itulah “kekuatan doa.” Kedua, PUASA adalah tindakan memperlemah tubuh tapi memperkuat jiwa. Bukankah dengan tidak makan dan minum, ragamu menjadi lemah dan tak berdaya? Karena itu, jika Anda cuma berpuasa tanpa berdoa, maka puasa Anda tidak akan berhasil. Ketika Anda merasa lapar dan haus, Anda akan mencari makanan dan minuman karena sesungguhnya Anda hanya memperhatikan kepentingan tubuh dan bukan jiwa. Karena itu, Anda bisa berdoa tanpa puasa, tapi Anda tidak akan dapat melakukan sebaliknya yakni bisa berpuasa tanpa doa. Puasa menjadi kesempatan di mana kita merasakan kelemahan fisik/tubuh kita, namun inilah kesempatan untuk mengalami kekuatan jiwa karena penyerahan diri seutuhnya kepada Sang Khalik.

    Aku hanya berharap bahwa dengan membaca dan merenungkan bacaan hari ini dan renungan yang panjang ini, Anda pun membangun sesuatu yang baru di dalam dirimu, keluargamu dan komunitasmu tentang pentingnya doa dan puasa sebagai sumber kekuatan kita menghadapi serang iblis, terutama dalam bentuk tawaran-tawaran yang menggiurkan di zaman ini; korupsi, perebutan kekuasaan, jabatan dan harta, nafsu memiliki dan menggunakan uang, wanita cantik dan pria tampan, dan lain sebagainya. Doa dan puasa bukanlah senjata atau bom nuklir yang bisa menghancurkan tempat dan barang, tapi doa dan puasa adalah benteng pertahanan jiwa terhadap rongrongan iblis di zaman modern ini. Jadikanlah doa dan puasa sebagai sebuah kebiasaan maka Anda akan dibuatnya terkagum-kagum ketika derita dan badai menghantam hidupmu. Aku hanya mau menyanyikan lagu ini untuk kesenangan jiwamu; “Ketika badai menerjang hidupku...bersandar padamu..pabila ombak menghempas jiwaku...Ya, semoga doa dan puasamu menjadi kekuatan tersembunyi yang akan membuatmu bertahan pada masa itu.

    Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,

    Romo Inno

    sekitar seminggu yang lalu · Tidak Suka · · Berhenti Langganan
    •  

    • Anda, Berdnard Titus, Alessandro Eulogius Tarigan, Dimas Singray Remetwa, dan 24 orang lainnya menyukai ini.
       ================================
      •  KOMENTAR
      • ==================
        Vincent Fendy

      •  magandan umaga Father Inno... Renungan yg menguatkan ku yg juga sdg mengalami bnyk persoalan, namun ku tetap percaya 'the power of pray'... Tanpa Doa, tak tau saya sdh menjadi apa? Walau blm teerbebas dari masalah, Doa sungguh menjadi 'nafas hidupku'... Terima kasih renungan yg meneguhkan ku... Salam Mo.. GBU
        21 Februari jam 6:17 · Suka · 2 orang



      • Ansela Mawei

      •  Pst. Inno, renungan yg bagus skali dan patut di contoh utk dilaksanakan. Ansela dg baca renungan ini jd tergerak utk memulai berpuasa tp Pst..pelan2 kali ya..jgn lgsung 24 jam takutx kambuh maag sy..bgm Pst.Inno?
        21 Februari jam 11:20 · Suka



      • B C Tunggal Wibowo

      • Terima kasih Romo, atas mengingatkannya. GBU.
        21 Februari jam 12:09 · Suka



      • August Pujianto

      • Indah dan menguatkan... terima kasih Romo Inno...
        21 Februari jam 12:59 · Suka



      • Thomas Mores

      •  Mohon doakan saya yang ingin memulainya ... JBU
        21 Februari jam 13:19 · Suka · 2 orang



      • Dharma Darius Redemptus Nursalim

      •  trims Father Inno, pencerahannya, mencoba kembali utk memulai lg dg pantang dan puasa.....
        21 Februari jam 13:34 · Suka



      • Inno Ngutra

      • Teman-teman yang terkasih....maaf karena saya selalu tidak suka mendengar orang berbicara: Romo, aku TIDAK BISA melakukannya! Yang musti Anda tanyakan pada diri adalah APAKAH SAYA MAU DAN RELA untuk berbuat atau tidak? Hanya mau mengingatkanmu seperti renungan kemarin bahwa "SETIAP ORANG TELAH TERBERI TALENTA" seperti emas dalam kotak yang dibawa pengemis. Kalau setiap orang memilikinya,maka kita tidak pantas berbicara tentang BISA ATAU TIDAK, melainkan RELA DAN MAU atau tidak.
        21 Februari jam 17:24 · Suka



      • Budi Prasetyo

      •  Kalau mau sungguh-sungguh sih, ga ada masalah.sakit apapun juga ga akan muncul, cupa lemas dan lapar, itu aja. Yang penting rajin Doa dan bersungguh-sungguh mau puasa.
        21 Februari jam 18:31 · Suka



      • Inno Ngutra

      •  Aku sering nyeri lambung yang tak tertahankan tpi ketika paksa diri untuk doa dan puasa...sakitnya tidak datang waktu itu...dia takut kali....tapi mau mengatkan bahwa Tuhan tahu yang terindah untukmu jika Anda berpasrah kepada-Nya.
        21 Februari jam 18:43 · Suka · 3 orang


    Romo Inno Ngutra
    Lihat Selengkapnya
  • Inno Ngutra


    Selasa, 22 Februari 2011
    Mrk 16: 13-19
    ...
    Hari ini Gereja merayakan pesta tahkta/Kursi Santo Petrus, Paus Pertama dan pemimpin tertinggi kaum beriman yang percaya kepada Tuhan Yesus. “Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Jemaat-Ku, dan alam maut tidak akan mengusainya.” Kutipan ini tentunya berdasarkan pengakuan Petrus atas diri dan identitas Yesus setelah Yesus memberikan kepada para murid pertanyaan; “Menurut kata orang....tetapi menurutmu, siapakah Aku ini? Petrus pun dengan berani menjawab; “Engkau adalah Mesias, Putra Allah yang hidup.” Diskusi tentang peranan Petrus dan kelanjutkan kuasanya untuk memimpin umat/Gereja Kristus selalu menarik untuk dibahas. Namun, pagi ini, izinkalah aku untuk menuntunmu membuat pertanyaan terbalik agar kita pun belajar mengenal diri dan menilai kedalaman relasi pribadi kita dengan Yesus sebagai pengikutnya dengan bertanya diri; “Siapakah aku ini sebagai pengikut Yesus? Mengetahui siapakah dan peranan kita sebagai pengikut Kristus tentunya sangat ditentukan oleh relasi pribadi masing-masing orang dengan Yesus.

    Nah, untuk menuntunmu, marilah kita belajar dari seorang Petrus yang dengan cara unik mengikuti dan memaknai relasinya dengan Yesus. Menurut laporan Kitab Suci, Petrus mengenal Yesus dari saudaranya Andreas dan sepanjang 3 tahun mengikuti Yesus ada beragam kisah unik, menarik, lucu bahkan konyol ditorehkan oleh Petrus bersama Yesus. Namun, bila Anda menyimak dari semuanya, Petrus selalu tampil sebagai orang pertama di antara para murid Yesus yang mengambil tindakan nyata, walaupun kadang konyol dan nampak tergesa-gesa. Misalkan; dalam bacaan kita hari ini di mana Petrus menjadi yang pertama memberikan jawaban pribadi atas pertanyaan Petrus dengan berkata; “Engkau adalah Mesias, Putra Allah yang hidup.” Di tempat lain, Petrus pun yang pertama terjun ke dalam air ketika melihat dan mengetahui bahwa Yesuslah yang berjalan di atas air, walaupun untuk tindakan berani yang kurang iman ini ia pun tenggelam dan meminta tolong kepada Yesus. Petrus pun yang pertama menarik Yesus ketika Yesus mengatakan bahwa Ia akan diserahkan oleh tua-tua Yahudi untuk dibunuh, dan untuk ini ia dihardik dengan kata-kata tegas “enyahlah engkau setan.” Atau pun Petrus yang menjadi murid yang berani memotong telinga salah satu algojo di taman Getsemani. Petrus pun menjadi murid yang menyangkal Yesus dalam peristiwa penyaliban. Ia juga yang berlari bersama-sama Yohanes ke kubur ketika mendengar dari Maria Magdalena bahwa Yesus telah bangkit, dan beragam kisah lain yang bisa Anda temukan dalam Kitab Suci yang menceritakan tentang kepribadian Petrus dalam memaknai relasi pribadinya dengan Yesus, Sang Guru. Atas cara unik Petrus mengungkapkan kedalaman relasi pribadinya dengan Yesus dan selalu, bahkan tanpa pikir masak-masak ia langsung berbuat sesuatu. Dalam semuanya itu ia hanya mau mengatakan bahwa cintanya kepada Sang Guru sungguh berkobar dan mengobarkan jiwanya untuk selalu berbuat sesuatu untuk Yesus karena ia percaya bahwa Sang Guru akan memproses segala kekurangan dan kelemahan manusiawinya dan menjadikannya berarti di hadirat-Nya.

    Pertus begitu, sekarang kita bertanya diri; “Siapakah aku dan apa yang telah saya lakukan untuk memaknai relasi pribadiku dengan Yesus sebagai seorang murid-Nya? Ada tiga tipe murid Tuhan di zaman ini; Pertama, mereka yang hanya melihat apa yang sementara terjadi di dalam Gereja. Kedua, mereka yang melihat dan menyatakan keprihatinannya walaupun cuma dengan kata-kata. Ketiga, mereka yang mau berbuat sesuatu untuk Yesus dan Gereja-Nya. Petrus adalah tipe kelompok ketiga di mana ia melihat/mendengar, menyatakan keprihatinannya dan langsung berbuat sesuatu untuk Sang Guru. Ia melihat Yesus, ia mendengar perkataan Yesus, dan ia merasakan apa yang dirasakan oleh Sang Guru. Keprihatinan dan belas kasihannya langsung diungkapkan pada kesempatan pertama; terjun ke air, mengambil pedang memotong telinga algojo (tapi jangan salah terjemahkan untuk membakar gereja lain atau membunuh orang...bukan seperti itu maksudnya), menarik Yesus dan menyatakan niatnya, menjawab pertanyan Yeus, dan lain-lain. Semuanya dilakukan karena relasi pribadinya dengan Sang Guru yang bukan hanya sebatas kata tapi benar-benar terekspresi dalam tindakan nyata.

    Karena itu, pertanyaan yang sama untuk direnungkan dan dijawab hari ini; Kalau Petrus begitu, bagaimana dan dengan cara apakah aku telah, sedang dan akan memaknai relasi pribadiku dengan Yesus sebagai murid-Nya di zaman ini? Tipe macam apakah aku ini dalam kehidupan menggereja dan dalam relasiku dengan sesama di zaman ini sebagai seorang murid Yesus. Baiklah kata-kata Petrus dalam Injil hari ini sekedar memberikan sebuah sinar pencerahan kepada hati dan pikiranmu; “Engkau adalah Mesias, Putra Allah yang hidup.” Sang Sumber kehidupan memberikan hidup-Nya kepada Sang Putra. Sang Putra memberi nafas kehidupan yang sama kepada saudara dan aku agar kita pun hidup dan saling menghidupi. Kalau begitu maksud-Nya Sang Pemberi kehidupan; Tapi, mengapa agar aku hidup orang lain harus mati dan dimatikan? Semoga membuatmu merenung sepanjang hari ini.

    Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,

    Romo Inno

    sekitar seminggu yang lalu · Suka · · Berhenti Langganan
    •  

    • Theresia Enni Hartati, Alessandro Eulogius Tarigan, Atus Jamco dan 11 lainnya menyukai ini.
       =================================
    • KOMENTAR
    • =================

      • Rm Andre Sainyakit

      • Terima kasih Romo Inno. Saya doakan sukses dalam study di Manila. Kami keluarga besar berharap suatu ketika bp boleh menjabat topi merah satu. ok???
        22 Februari jam 5:36 · Suka · 1 orang



      • Inno Ngutra

      •  Kawan, topi saint claus yang beta suka...E, met ultah ne....kita telpon mar nya tak sambung...Salam balik for samua di kota Ambon manise....
        22 Februari jam 5:37 · Suka



      • Rm Andre Sainyakit

      •  ok kawan. Kostan kapan pulang???? bilang capat datang.. TM 1 so paling rindu mo baku habis...
        22 Februari jam 5:50 · Suka



      • Inno Ngutra

      •  Hhahaha....harap dalam waktu yang sesingkat2nya.....Beta ke kampus dulu.....
        22 Februari jam 5:52 · Suka



      • Rm Andre Sainyakit

      •  ok. mat beraktifitas di kampus.. GBU all
        22 Februari jam 5:56 · Suka



      • Andi Sardono

      • Terima kasih atas renungan Sabda di hari Selasa ini, Romo. Sungguh bagus dan tepat untuk mengusik kepedulian kita sejauh mana kita mau dan mampu meneladan hidup St. Petrus dalam menekuni relasi pribadi dengan Yesus Kristus.
        22 Februari jam 7:32 · Suka



      • Lani Hardjono

      • Terima kasih untuk renungan paginya yang indah rm..yang menjadi bahan refleksi bagi kami..sejauhmanakah relasi dengan Tuhan Yesus dan sesama dalam hidup menggereja.
        22 Februari jam 7:43 · Suka



      • B C Tunggal Wibowo

      •  Mantab Romo... Thanks. GBU.
        22 Februari jam 8:25 · Suka


    Romo Inno Ngutra
    Lihat Selengkapnya
  • Inno Ngutra


    Mrk 9: 38-40;
    Rabu, 23 Februari 2011
    ...
    “Tak selamanya mendung itu kelabu.”

    Saudara-saudari kita para turunan Cina atau setidak-tidaknya mereka yang pernah belajar filsafat Cina tentunya tak melewatkan diri untuk belajar tentang ajaran “Yin Yang”. Intinya, Sebuah prinsip keseimbangan yang saling mengisi dan melengkapi.

    Yin (Black) memiliki arti dark, passive, downward, cold, contracting and weak (bisa diartikan sebagai segala unsur negatif di alam).
    Yang (White) memiliki arti bright, active, upward, hot, expanding and strong (bisa diartikan sebagai segala unsur positif di alam).

    Kedua hal ini saling mengisi. Di saat kita kekurangan unsur positif, unsur negatif dari Yin akan mengisi kekosongan. Begitu pula sebaliknya. Sebab segala sesuatu yang terlalu berlebihan tidak baik. Jadi harus diseimbangkan.

    Hari ini Yesus memberikan sebuah ajaran yang sungguh-sungguh sarat makna kepada para murid untuk tidak cepat menghakimi orang lain pada pandangan pertama, melainkan selalu memberi kesempatan kepada mereka untuk membuktikan diri. Selalu ada saja setitik kebaikan dalam diri orang yang jahat sekalipun. Atau pun sebaliknya, orang baik pun selalu membawa dalam dirinya segumpal kekurangan. Tidak ada seorang pun yang sempurna selama kita masih berada di dunia ini bahkan sampai selamanya. Inilah nasehat saya kepada para peniten yang melihat dan menilai diri tak berarti karena dosa dan kesalahan mereka. Jangan terlalu fokus pada kesalahan dan dosa-dosamu, pada keterbatasan dan kerapuhanmu sebagai manusia. Tapi tataplah wajah Yesus dan renungkanlah bagaimana Ia jatuh tertimpah salib tapi selalu bangun kembali dan berjalan sampai puncak Golgota. Dengan kata lain, kesalahan dan dosa pantas untuk diratapi dan disesali tapi tidak boleh membelenggu kita untuk tidak percaya akan pengampunan dari Tuhan.

    Kita mendengar sabda Yesus hari ini tentang bagaimana memberi kesempatan kepada orang lain untuk membuktikan diri, maka tentunya pikiran kita langsung merujuk pada munculnya aliran-aliran Kristen yang memaklum diri sebagai yang benar. Akan tetapi, saya tidak mau menghantar Anda sekalian untuk merenungkan tentang topik itu. Saya lebih condong untuk mengajak Anda sekalian untuk belajar memahami orang lain, sahabat dan kenalan dan menilai mereka bukan pada apa yang nampak untuk sementara atau aksidental semata, melainkan pendekatan antar pribadi hendaknya tetap dibuat bila ada teman yang bersalah atau berdosa menurut pandangan kita. Karena kadang, kecenderungan untuk membagi-bagi hal dan barang di sekitar kita menjadi dua; hitam –putih, baik-buruk, teman-musuh bukan hanya membatasi kita dalam kerelaan untuk berbuat baik dan membangun sebuah persahabatan yang jujur, tapi lebih dari itu mengungkapkan ketidak mampuan kita untuk menerima orang lain apa adanya.

    Karena itu, hanya sekedar mengingatkanmu tentang makna “Yin Yang” bahwa dalam bagian yang hitam pekat pasti Anda temukan sebuah titik putih. Demikian pun sebaliknya, di dalam areal yang putih pun ada setitik noda hitam. Belajar untuk memahami orang lain dari sudut pandang mereka adalah lebih bijaksana daripada menghakimi orang lain, teman dan sahabat kenalan kita dari ukuran dan kaca mata kita. Walaupun sepatu teman itu buruk dan sesak bila dipakai tapi mohon jangan paksakan dia memakai sepatumu sebelum Anda merelakan diri untuk mencoba memakai sepatunya dan berjalanlah dengannya. Hanya dengan memakai sepatu teman, sahabat dan kenalanmu maka Anda akan mengerti kenapa ia memiliki luka pada tumitnya karena gesekan sepatunya itu. Jika Anda telah merasakan bagaimana menderita memakai sepatunya maka saya yakin bahwa dia akan rela membuang sepatu lamanya demi memakai sepatu baru yang Anda belikan untuknya. Intinya, memahami teman lebih indah daripada menghakiminya, menjadi seorang teman bagi mereka lebih bijaksana daripada menjadikan diri musuh mereka.

    Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,

    Romo Inno

Tidak ada komentar:

Posting Komentar