Inno Ngutra
"AKU DATANG" (memang dasar masih bergurau sedikit...hehhehe)
Teman-teman sekalian yang kucintai,
...
(Ini hanya beberapa catatan pengantar sebelum masuk pada inti cerita “TAHI LALAT SANG ROMO.” Karena itu, pasti isinya sedikit melenceng dari cerita itu tapi pasti masih ada unsur keterkaitan)
Pertama-tama, dari lubuk hatiku yang paling dalam kuucapkan seuntai kata “terima kasih” atas partisipasi Anda sekalian untuk terlibat dalam “kegilaan kecilku” kemarin. Banyak hal yang indah telah Anda sebutkan/berikan dan semuanya menjadi sebuah keindahan dalam persahabatan kita. Itulah alasan mengapa saya memberi jempol kepada setiap komentar yang Anda berikan sebagai pengakuan bahwa ketika Anda mengatakan sesuatu maka itulah pembenarana atas pernyataan ini “Sesungguhnya hidup itu adalah sebuah sharing.”
Oleh karena itu, izinkanlah saya untuk hadir dalam hati dan pikiranmu mala mini untuk menghantarmu melihat nilai-nilai indah di balik cerita “TAHI LALAT SANG ROMO.” Aku akan menemanimu beberapa malam mulai dari malam ini sampai beberapa malam ke depan (semoga Roh Kudus tetap member inspirasi bagiku untuk menulis sesuatu untukmu) sehingga menjuduli apa yang akan tertulis malam ini sebagai “Mutiara 1 Cerita Tahi Lalat Sang Romo.” (Dalam ranah diskusi Anda berhak untuk mengatakan bahwa apa yang tertulis ini “benar atau salah” tapi baiklah saya mengajak Anda sebagai seorang sahabat untuk merenungkan saja bagian-bagian yang Anda piker dan rasa bahwa itu sesuai dengan pengalaman Anda masing-masing dan memberi pencerahan kepada Anda, biar pun hanya semalam ini saja.
MUTIARA 1 :
“MEMAHAMI ORANG LAIN SEBAGAI SEORANG SAHABAT”
Sadar atau tidak, Anda diberikan pilihan yang sulit; di satu pihak, aku bilang begini dalam cerita itu; Memang dasar Romo GILA seperti SEMUA YANG BACA DAN BERI KOMENTAR di bawah tulisan ini, tapi anehnya, teman-teman mau memberi jempol dan berkomentar juga dan berani menerima “cap gila,” namun di lain pihak, aku juga memaksa Anda untuk memberikan komentar dengan mengatakan: Aku mintakan teman-teman untuk menuliskan makna d balik cerita kocak ini agar setelah kembali dari merayakan Ekaristi bersama umat, aku akan membaca dan merangkumnya dalam sebuah kesimpulan. INI PERMINTAAN SERIUS.
Sahabatku, dalam banyak situasi kita pun berada dalam “dilemma” untuk mengatakan “ya” atau “tidak” dengan resiko bisa didapatkan dari kedua-duanya. Aku tidak berbicara tentang manakah yang harus dilakukan dalam situasi itu, (teman-teman bisa memutuskan berdasarkan keputusan suara hatimu atas kasus per kasus) tetapi apa yang menjadi fokus dari ajakan saya untuk direnungkan malam ini, adalah kerelaan Anda untuk bergabung dalam kegilaan saya. Meskipun demikian, ketika Anda mau menjadi gila sepertiku maka mutiara hidup menjadi balasan yang setimpal untuk Anda, yakni:”KITA HANYA MAMPU MEMAHAMI ORANG LAIN DENGAN BENAR BILA KITA DATANG DAN TINGGAL BERSAMA MEREKA SEBAGAI SEORANG SAHABAT. PASTI INI YANG DIHARAPKAN, ATAU SETIDAK-TIDAKNYA BELAJAR UNTUK MELIHAT MASALAH ORANG LAIN DARI SISI MEREKA. Misalnya; teman yang terpaksa mengambil barangmu alias mencuri. Mencuri pada dirinya sendiri adalah buruk dan bahkan dosa (Aku tidak mengajar Anda untuk berdiri di sini sebagai seorang moralis atau teolog yang harus mengatakan ini salah atau benar, ini baik atau buruk, dosa atau tidak dosa), tapi, APAKAH KITA SEJENAK DATANG KEPADANYA DAN BERTANYA MENGAPA IA MENCURI? Anda hanya tahu alasannya jika Anda mau hadir di hadiratnya sebagai seorang teman (Tentunya “kejujuran dan kepercayaan” menjadi faktor penting dalam persahabatan seperti ini). Dan, inilah yang Anda telah buat ketika mau berpartisipasi dalam kegilaan saya kemarin.
Membaca semua komentar Anda, membuatku tertawa seperti orang gila karena memang Anda pun terlibat dalam kegilaanku. Tapi mau tahu kenapa aku harus bersyukur? Karena Anda merasa sebagai bagian dariku. Anda mau duduk bersamaku dan melihat masalah dari pihakku. Itulah fungsi pertemanan ketika Anda mampu berlaku sebagai seorang sahabat sejati. Ada yang mengatakan memang dasar romo gila, edan dan apalah, tapi aku tidak tersinggung. Kenapa? Karena aku tahu hanya seorang sahabat dekatlah yang dapat mengatakan sesuatu yang bersifat sangat pribadi kepada orang lain. (Misalnya; kalau ibu Siani merasa aku ini seorang asing atau tidak bersahabat maka pasti beliau tidak berani mengatakan kepadaku; Romo Inno yang baik tapi kadang “edan.”) Karena itu, prinsipku; PENGHORMATAN KEPADAKU BUKAN PERTAMA-TAMA TERGANTUNG PADA JABATAN YANG MELEKAT PADA DIRI SEORANG INNO NGUTRA, MELAINKAN PENGHORMATAN ITU DATANG SETELAH ANDA MENGENAL INNO NGUTRA YANG ADALAH SEORANG ROMO/IMAM yang kadang kudus dalam kata (semoga) tapi kadang juga edan pada kesempatan lain. Hanya mau mengatakan bahwa dalam kedalaman hidup spiritual manusia, Anda akan merasakan bahwa biarpun jabatan dan kedudukan bisa diambil darimu, walaupun harta dan uang boleh hilang darimu tapi MARTABATMU SEBAGAI MANUSIA, SEBAGAI SEORANG PRIBADI tetap MELEKAT PADAMU. Banyak orang menggantungkan martabat dan kesucian dirinya pada harta, jabatan dan kedudukan sehingga ketika semua itu diambil darinya, maka hidup pun diakhiri lewat minum racun, gantung diri, tembak diri sendiri, dll.
Sahabatku, aku hanya mau datang sebagai seorang teman malam ini untuk membisikan di telinga jiwamu bahwa “YESUS” telah mati untuk saudara dan saya agar kita bisa hidup dan kita hidup dalam kelimpahan. Karena itu, jika hidup masih terberi kepadamu sampai saat ini maka sadarlah bahwa itulah kesempatan terindah dari pihak Allah kepadamu untuk dimaknai dan kaujadikan berkat bagi orang lain. Jika Allah masih mengizinkanmu untuk hidup, mengapa Anda harus mengakhiri hidupmu sendiri? Bahkan lebih gila lagi jika demi hidupmu, Anda harus mengorbankan hidup orang lain?
Teriring salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,
Romo Inno
"AKU DATANG" (memang dasar masih bergurau sedikit...hehhehe)
Teman-teman sekalian yang kucintai,
...
(Ini hanya beberapa catatan pengantar sebelum masuk pada inti cerita “TAHI LALAT SANG ROMO.” Karena itu, pasti isinya sedikit melenceng dari cerita itu tapi pasti masih ada unsur keterkaitan)
Pertama-tama, dari lubuk hatiku yang paling dalam kuucapkan seuntai kata “terima kasih” atas partisipasi Anda sekalian untuk terlibat dalam “kegilaan kecilku” kemarin. Banyak hal yang indah telah Anda sebutkan/berikan dan semuanya menjadi sebuah keindahan dalam persahabatan kita. Itulah alasan mengapa saya memberi jempol kepada setiap komentar yang Anda berikan sebagai pengakuan bahwa ketika Anda mengatakan sesuatu maka itulah pembenarana atas pernyataan ini “Sesungguhnya hidup itu adalah sebuah sharing.”
Oleh karena itu, izinkanlah saya untuk hadir dalam hati dan pikiranmu mala mini untuk menghantarmu melihat nilai-nilai indah di balik cerita “TAHI LALAT SANG ROMO.” Aku akan menemanimu beberapa malam mulai dari malam ini sampai beberapa malam ke depan (semoga Roh Kudus tetap member inspirasi bagiku untuk menulis sesuatu untukmu) sehingga menjuduli apa yang akan tertulis malam ini sebagai “Mutiara 1 Cerita Tahi Lalat Sang Romo.” (Dalam ranah diskusi Anda berhak untuk mengatakan bahwa apa yang tertulis ini “benar atau salah” tapi baiklah saya mengajak Anda sebagai seorang sahabat untuk merenungkan saja bagian-bagian yang Anda piker dan rasa bahwa itu sesuai dengan pengalaman Anda masing-masing dan memberi pencerahan kepada Anda, biar pun hanya semalam ini saja.
MUTIARA 1 :
“MEMAHAMI ORANG LAIN SEBAGAI SEORANG SAHABAT”
Sadar atau tidak, Anda diberikan pilihan yang sulit; di satu pihak, aku bilang begini dalam cerita itu; Memang dasar Romo GILA seperti SEMUA YANG BACA DAN BERI KOMENTAR di bawah tulisan ini, tapi anehnya, teman-teman mau memberi jempol dan berkomentar juga dan berani menerima “cap gila,” namun di lain pihak, aku juga memaksa Anda untuk memberikan komentar dengan mengatakan: Aku mintakan teman-teman untuk menuliskan makna d balik cerita kocak ini agar setelah kembali dari merayakan Ekaristi bersama umat, aku akan membaca dan merangkumnya dalam sebuah kesimpulan. INI PERMINTAAN SERIUS.
Sahabatku, dalam banyak situasi kita pun berada dalam “dilemma” untuk mengatakan “ya” atau “tidak” dengan resiko bisa didapatkan dari kedua-duanya. Aku tidak berbicara tentang manakah yang harus dilakukan dalam situasi itu, (teman-teman bisa memutuskan berdasarkan keputusan suara hatimu atas kasus per kasus) tetapi apa yang menjadi fokus dari ajakan saya untuk direnungkan malam ini, adalah kerelaan Anda untuk bergabung dalam kegilaan saya. Meskipun demikian, ketika Anda mau menjadi gila sepertiku maka mutiara hidup menjadi balasan yang setimpal untuk Anda, yakni:”KITA HANYA MAMPU MEMAHAMI ORANG LAIN DENGAN BENAR BILA KITA DATANG DAN TINGGAL BERSAMA MEREKA SEBAGAI SEORANG SAHABAT. PASTI INI YANG DIHARAPKAN, ATAU SETIDAK-TIDAKNYA BELAJAR UNTUK MELIHAT MASALAH ORANG LAIN DARI SISI MEREKA. Misalnya; teman yang terpaksa mengambil barangmu alias mencuri. Mencuri pada dirinya sendiri adalah buruk dan bahkan dosa (Aku tidak mengajar Anda untuk berdiri di sini sebagai seorang moralis atau teolog yang harus mengatakan ini salah atau benar, ini baik atau buruk, dosa atau tidak dosa), tapi, APAKAH KITA SEJENAK DATANG KEPADANYA DAN BERTANYA MENGAPA IA MENCURI? Anda hanya tahu alasannya jika Anda mau hadir di hadiratnya sebagai seorang teman (Tentunya “kejujuran dan kepercayaan” menjadi faktor penting dalam persahabatan seperti ini). Dan, inilah yang Anda telah buat ketika mau berpartisipasi dalam kegilaan saya kemarin.
Membaca semua komentar Anda, membuatku tertawa seperti orang gila karena memang Anda pun terlibat dalam kegilaanku. Tapi mau tahu kenapa aku harus bersyukur? Karena Anda merasa sebagai bagian dariku. Anda mau duduk bersamaku dan melihat masalah dari pihakku. Itulah fungsi pertemanan ketika Anda mampu berlaku sebagai seorang sahabat sejati. Ada yang mengatakan memang dasar romo gila, edan dan apalah, tapi aku tidak tersinggung. Kenapa? Karena aku tahu hanya seorang sahabat dekatlah yang dapat mengatakan sesuatu yang bersifat sangat pribadi kepada orang lain. (Misalnya; kalau ibu Siani merasa aku ini seorang asing atau tidak bersahabat maka pasti beliau tidak berani mengatakan kepadaku; Romo Inno yang baik tapi kadang “edan.”) Karena itu, prinsipku; PENGHORMATAN KEPADAKU BUKAN PERTAMA-TAMA TERGANTUNG PADA JABATAN YANG MELEKAT PADA DIRI SEORANG INNO NGUTRA, MELAINKAN PENGHORMATAN ITU DATANG SETELAH ANDA MENGENAL INNO NGUTRA YANG ADALAH SEORANG ROMO/IMAM yang kadang kudus dalam kata (semoga) tapi kadang juga edan pada kesempatan lain. Hanya mau mengatakan bahwa dalam kedalaman hidup spiritual manusia, Anda akan merasakan bahwa biarpun jabatan dan kedudukan bisa diambil darimu, walaupun harta dan uang boleh hilang darimu tapi MARTABATMU SEBAGAI MANUSIA, SEBAGAI SEORANG PRIBADI tetap MELEKAT PADAMU. Banyak orang menggantungkan martabat dan kesucian dirinya pada harta, jabatan dan kedudukan sehingga ketika semua itu diambil darinya, maka hidup pun diakhiri lewat minum racun, gantung diri, tembak diri sendiri, dll.
Sahabatku, aku hanya mau datang sebagai seorang teman malam ini untuk membisikan di telinga jiwamu bahwa “YESUS” telah mati untuk saudara dan saya agar kita bisa hidup dan kita hidup dalam kelimpahan. Karena itu, jika hidup masih terberi kepadamu sampai saat ini maka sadarlah bahwa itulah kesempatan terindah dari pihak Allah kepadamu untuk dimaknai dan kaujadikan berkat bagi orang lain. Jika Allah masih mengizinkanmu untuk hidup, mengapa Anda harus mengakhiri hidupmu sendiri? Bahkan lebih gila lagi jika demi hidupmu, Anda harus mengorbankan hidup orang lain?
Teriring salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,
Romo Inno
Tidak ada komentar:
Posting Komentar