Kamis, 07 Juli 2011

RENUNGAN PAGI: "IA BUKAN HANYA ALLAHMU TAPI BAPAMU"


Kamis, 17 Maret 2011
Mat 7:7-12


“Salah satu dosa terbesar manusia dewasa ini adalah ketidak-percayaan
... bahwa Allah itu ada dan mampu berbuat sesuatu
ketika mereka meminta kepada-Nya.”


          Tentunya renungan yang mengajak kita untuk tak henti-hentinya meminta kepada Allah walaupun saat ini kita belum mendapatkan apa yang kita minta,  pasti terdengar dari mulut pengkotbah setiap kali bacaan ini dibacakan kepada kita dalam setiap ibadah sabda atau Ekaristi.

            Pagi ini, saya hanya mau mengajakmu sebagai saudaraku atau setidak-tidaknya mau meyakinkan saudara sekalian akan satu hal ini; “Tidak ada orang di dunia ini yang berbahagia dalam iman mereka selain Anda sekalian.” Mau tahu kenapa? Dengarlah kelakar alm.Gus Dur yang pernah mengatakan bahwa agama yang paling dekat dengan Allah adalah agama Kristen. Alasannya sangat sederhana yakni “hanya orang-orang Kristenlah yang memanggil Allah mereka sebagai Bapa.

            Apakah kita hanya bangga memanggil Allah sebagai Bapa atau bangga ketika orang  lain mengatakan kepada kita sebagai yang berbahagia karena Allah disapa sebagai Bapa? Saudaraku, jika Anda dan aku memanggil Allah sebagai Bapa kita setiap kali kita berdoa kepada-Nya, maka dalam keadaan apa pun hendaknya kita percaya bahwa Allah tak pernah meninggalkan kita. Bukankah Yesus pernah menegaskan bahwa “kalau kita yang jahat tahu memberikan yang terbaik kepada anak-anak kita, apakah Allah sebagai Bapa kita yang baik tidak tahu atau membiarkan kita ketika kita meminta sesuatu kepada-Nya?

            Oleh karena itu, dalam keadaan apa pun Anda saat ini; entahkah Anda berada dalam kesusahan; enthakan Anda merasa ditinggalkan oleh Allah karena doa-doa Anda belum dikabulkan; entahkan Anda merasa problem dan masalah hidupmu sangat berat. Akan tetapi, dengarkanlah aku sebagai saudaramu; “Allah masih tetap di sana dan di sini. Ia sungguh ada di mana-mana, dan siap membantu kita setiap saat bila kita memiliki iman dan harapan kepada-Nya. Hanya mau menguatkanmu bahwa “Yesus pun berteriak di taman Getsemani dan dari atas salib di puncak Golgota tetapi Allah Bapa-Nya diam seribu bahasa. Apakah Allah itu tidak ada? Apakah Allah itu sudah tua dan pikun atau tuli? Apakah Allah itu tidak mampu melakukan sesuatu kepada Yesus, Putra-Nya? Untuk teriakan Putra-Nya saja, Ia diam, dan Yesus pun mengerti bahwa Ia harus menerima semuanya demi keselamatan saudara dan aku. Apakah kita, hanya karena Yesus yang mengangkat kita menjadi saudara kadung-Nya sehingga berani memanggil Allah sebagai Bapa kita pantas mendapatkan lebih dari Putra kesayangan-Nya sendiri? Seharusnya kita malu! Akan tetapi, aku sangat yakin bahwa untuk yang satu seperti ini pun Allah tetap menerima kita sebagai putra-putri-Nya.


Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,

"Duc in Altum"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar