Kamis, 14 April, 2011
Yoh 8:51-59
“Semua manusia pasti akan mati, namun tidak setiap orang sungguh-sungguh hidup benar”
...
Sabda Yesus pagi ini sungguh sedikit membingungkan di telinga pembaca; “Aku berkata kepadamu; Sesungguhnya barngsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.” Mungkin pertanyaan yang biasanya kita ajukan; “Bagaimana mungkin mereka yang meninggal tidak mengalami maut?” Dan, ini sungguh mau membenarkan keyakinan kita orang Katolik bahwa sesungguhnya ada kehidupan setelah kematian. Raga/tubuh boleh hancur dalam pelukan ibu pertiwi tetapi jiwa akan kembali kepada Sang Pencipta.
Sebuah pepatah kuno yang masih teringat ketika membaca teks ini; “Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama.” Tentang gading gajah pasti tidak menimbulkan pertanyaan kritis, tetapi mengenai nama manusia kita masih bisa bertanya; “Nama baik atau buruk yang ditinggalkan oleh seorang yang telah meninggal?” Alasannya, semua manusia pasti akan meninggal, tetapi tidak setiap orang dapat hidup dengan benar dan baik selama hidup terberi untuknya. Dan, ini menjadi kelanjutan dari refleksi kita semalam; “Hiasilah jiwamu dengan kebaikan dan cinta kepada Tuhan dan sesama, karena hanyalah jiwalah yang balik kepada Sang Pencipta.” Meskipun ada segudang kebaikan dalam diri Adolf Hitler tapi perbuatannya membunuh orang-orang Yahudi telah membuatnya dikenang sebagai seorang penjahat kemanusiaan. Sebaliknya, biarpun kematian-Nya di salib dianggap sebagai seorang penjahat, tapi nama YESUS tetap dikenang sepanjang masa sebagai pencinta kehidupan. Ini tentunaya berbeda dengan situasi di negara kita; Yang baik dikenang sebagai penjahat atau setidak-tidaknya yang pernah berbuat baik tapi hanya sedikit. Sebaliknya, yang jahat dikenang sebagai pahlawan walaupun kejahatannya menggunung...semuanya karena pemutarbalikan sejarah...heheheh...moga tidak ada yang tersinggung.
Jika pagi ini kita disuguhkan bacaan tentang sabda Yesus bahwa “barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya,” mau mengatakan bahwa “mengisi kehidupan dengan melakukan perbuatan baik seperti apa yang diajarkan oleh Yesus sungguh menjadi kewajiban setiap orang Katolik.” Karena itu; Tidak cukup bagi kita bangga menjadi turunan baru Abraham; Tidak cukup bagi kita untuk bangga menjadi anggota dari Gereja yang didirikan oleh Yesus sendiri; Tidak cukup bagi kita untuk hanya bangga menjadi orang Katolik, dan beragam macam pernyataan bisa kita ajukan. Akan tetapi ada yang lebih penting yakni “sejauh manakah hidup kita itu menjadi berarti atau menjadi berkat bagi orang lain.”
Karena itu, saya mengulangi pesan singkat saya kepadamu sebagai saudaraku; “Jika sampai saat ini Anda masih hidup, entah dalam keadaan apa pun, tapi satu yang pasti bahwa Tuhan masih memberi kesempatan kepadamu untuk mengisi dan memaknai hidup dengan perkataan dan perbuatan baik.” Biarlah setiap orang yang membaca dan merefleksikan renungan pagi ini menghitung hari hidupnya seperti ini; “Inilah hari terakhir dari hari-hari hidupku di dunia, sehingga otak berpikir, hati merenung, dan akhirnya setiap kesempatan betul-betul diisi dengan kabaikan dan cinta kepada Tuhan dan sesama.”
Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,
***Duc in Altum***
Yoh 8:51-59
“Semua manusia pasti akan mati, namun tidak setiap orang sungguh-sungguh hidup benar”
...
Sabda Yesus pagi ini sungguh sedikit membingungkan di telinga pembaca; “Aku berkata kepadamu; Sesungguhnya barngsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.” Mungkin pertanyaan yang biasanya kita ajukan; “Bagaimana mungkin mereka yang meninggal tidak mengalami maut?” Dan, ini sungguh mau membenarkan keyakinan kita orang Katolik bahwa sesungguhnya ada kehidupan setelah kematian. Raga/tubuh boleh hancur dalam pelukan ibu pertiwi tetapi jiwa akan kembali kepada Sang Pencipta.
Sebuah pepatah kuno yang masih teringat ketika membaca teks ini; “Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama.” Tentang gading gajah pasti tidak menimbulkan pertanyaan kritis, tetapi mengenai nama manusia kita masih bisa bertanya; “Nama baik atau buruk yang ditinggalkan oleh seorang yang telah meninggal?” Alasannya, semua manusia pasti akan meninggal, tetapi tidak setiap orang dapat hidup dengan benar dan baik selama hidup terberi untuknya. Dan, ini menjadi kelanjutan dari refleksi kita semalam; “Hiasilah jiwamu dengan kebaikan dan cinta kepada Tuhan dan sesama, karena hanyalah jiwalah yang balik kepada Sang Pencipta.” Meskipun ada segudang kebaikan dalam diri Adolf Hitler tapi perbuatannya membunuh orang-orang Yahudi telah membuatnya dikenang sebagai seorang penjahat kemanusiaan. Sebaliknya, biarpun kematian-Nya di salib dianggap sebagai seorang penjahat, tapi nama YESUS tetap dikenang sepanjang masa sebagai pencinta kehidupan. Ini tentunaya berbeda dengan situasi di negara kita; Yang baik dikenang sebagai penjahat atau setidak-tidaknya yang pernah berbuat baik tapi hanya sedikit. Sebaliknya, yang jahat dikenang sebagai pahlawan walaupun kejahatannya menggunung...semuanya karena pemutarbalikan sejarah...heheheh...moga tidak ada yang tersinggung.
Jika pagi ini kita disuguhkan bacaan tentang sabda Yesus bahwa “barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya,” mau mengatakan bahwa “mengisi kehidupan dengan melakukan perbuatan baik seperti apa yang diajarkan oleh Yesus sungguh menjadi kewajiban setiap orang Katolik.” Karena itu; Tidak cukup bagi kita bangga menjadi turunan baru Abraham; Tidak cukup bagi kita untuk bangga menjadi anggota dari Gereja yang didirikan oleh Yesus sendiri; Tidak cukup bagi kita untuk hanya bangga menjadi orang Katolik, dan beragam macam pernyataan bisa kita ajukan. Akan tetapi ada yang lebih penting yakni “sejauh manakah hidup kita itu menjadi berarti atau menjadi berkat bagi orang lain.”
Karena itu, saya mengulangi pesan singkat saya kepadamu sebagai saudaraku; “Jika sampai saat ini Anda masih hidup, entah dalam keadaan apa pun, tapi satu yang pasti bahwa Tuhan masih memberi kesempatan kepadamu untuk mengisi dan memaknai hidup dengan perkataan dan perbuatan baik.” Biarlah setiap orang yang membaca dan merefleksikan renungan pagi ini menghitung hari hidupnya seperti ini; “Inilah hari terakhir dari hari-hari hidupku di dunia, sehingga otak berpikir, hati merenung, dan akhirnya setiap kesempatan betul-betul diisi dengan kabaikan dan cinta kepada Tuhan dan sesama.”
Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,
***Duc in Altum***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar