Kamis, 07 Juli 2011

RENUNGAN PAGI/MALAM : “MEREKA ADA DI SANA AGAR KITA BELAJAR BERBAGI”


Inno Ngutra
Selamat malam semua...

Seharian internet macet dan terpaksa malam ini aku harus mencari kopi di Starbucks supaya bisa akses internet...Maaf, bila ada pertanyaan dari teman-teman yg tidak sempat kujawab atau kutanggapi. Demikian pun renungan yang sedianya dijadikan renungan pagi kini harus menjadi renungan malam. Semoga saja tidak... mengurangi nilai atau manfaatnya di hati teman-teman sekalian.

RENUNGAN PAGI/MALAM : “MEREKA ADA DI SANA AGAR KITA BELAJAR BERBAGI”

Malam minggu yang lalu teman-teman dan saya sedang kebingungan mencari restoran yang cocok untuk makan malam kami sambil bercerita melepas segala kepenatan pikiran karena kesibukan kuliah sepanjang minggu. Akhirnya, kami memilih restoran Vietnam yang rasa makanannya sedikit mirip dengan makanan ala Indonesia. Demikian pun di kawasan yang ramai dikunjungi orang-orang dari kalangan menengah ke atas itu, banyak orang melakukan hal yang sama seperti kami. Ada berbagai macam restoran dengan tawaran hidangan santap malam yang menggoda pikiran dan melaparkan perut para pengunjung, sehingga keputusan segera diambil jika Anda tidak ingin berkeliling dan akhirnya bingung seperti kami. Esok paginya, hari minggu, seperti biasanya saya pergi ke kapel kecil di pinggiran kota Manila untuk merayakan misa pada pukul 7. Sesaat setelah turun dari angkot, mataku memandang lesuh akan kenyataan ini; Seorang lelaki umur sebaya sedang berebutan mencari sisa-sisa makanan dengan beberapa ekor anjing di tempat sampah di pinggiran jalan masuk ke kapel itu. Seketika aku merasa malu terhadap diri sendiri. Sementara semalam aku mencari restoran yang cocok dengan hidangan yang memuaskan selera, pagi ini, si miskin berjuang mempertahankan hidupnya dengan mencari sisa-sisa makanan dari mereka yang berpunya di antara kotoran-kotoran sampah dari sesamanya.

Bacaan Injil hari ini dari Markus 8:1-10 sungguh menawarkan sesuatu yang pantas kita renungakan sebagai murid-murid Tuhan. Ketika Yesus tahu bahwa ribuan orang yang mengikuti-Nya sudah lapar, Ia meminta para murid-Nya untuk memberi mereka makan. Ini sungguh sebuah kegilaan sepanjang perjalanan mengikuti Yesus sebagai murid-Nya, demikian terlintas dalam pikiran para murid. Bagaimana mungkin para murid bisa mendapatkan makanan untuk ribuan orang dalam sekejab; dari mana uang untuk membelinya dan dengan cara apakah mereka harus mendapatkannya? Sungguh, ini sebuah kegilaan dari Sang Guru selama berguru kepada-Nya. Melihat ekspresi kebingungan para murid-Nya, Yesus pun bertanya; “Berapa roti yang kamu miliki? Mereka menjawab; 7 roti dan beberapa ikan.” Mereka pun menyerahkan apa yang kurang dan tidak mungkin dalam pikiran mereka itu kepada Yesus, dan setelah Ia mengucap syukur, maka jadilah mujizat perbanyakan roti yang dibagikan dan dimakan oleh ribuan orang sampai ada sisanya.

Jika hari ini kita diundang oleh Gereja untuk merenungkan kutipan tentang kisah perbanyakan roti, maka kita disadarkan bahwa banyak orang miskin ada di sekitar kita, dan bahkan di sepanjang perjalanan sejarah manusia. Mereka miskin karena kemalasan mereka, itu pasti. Akan tetapi, mungkin juga mereka miskin karena mereka dipaksa miskin oleh sesama atau pun oleh kerasnya lingkungan hidup mereka. Bertanya tentang alasan kemiskinan hanya membuat kita berkeras hati dan pikiran untuk membenarkan diri dan merasa bahwa itu bukanlah kesalahan kita. Pagi ini, aku mau datang kepadamu sebagai seorang sahabat dan mengundangmu untuk merefleksikan tentang yang satu ini; Sementara sebagian orang bisa memilih restoran mana dan jenis makanan yang cocok untuk memuaskan selera mereka maka pada saat yang sama ada sesama lain yang sementara memilih sisa-sisa makanan di kotak sampah; sementara sebagian menyantap makanan yang mahal harganya, maka yang lain sedang bingung bagaimana mereka harus mendapatkan makanan untuk melanjutkan kehidupan mereka biar pun hanya untuk sehari saja.

Sahabatku, biarlah hari ini kita membuang segala pertanyaan tentang alasan kemiskinan mereka, keluarkanlah uang dari dompetmu, belilah sebotol atau pun hanya segelas air dan sebungkus nasi, dan pergilah menemui mereka yang sementara duduk di persimpangan jalan, mereka yang sementara mencari sisa-sisa makanan di antara sampah-sampah buangan sesamanya, dan berikanlah apa yang Anda miliki kepada mereka. Tanamkanlah dalam hati dan pikiranmu saat ini bahwa mereka ada di sana agar kita pun belajar mendidik hati kita untuk rela berbagi apa yang kita miliki. Setelah itu, Anda kuajak untuk bertanya; “Apakah mujizat besar dulu yang dilakukan oleh Yesus tidak bisa terjadi di zaman ini? Jawabannya; Terjadi atau tidaknya mujizat itu bukan tergantung pada Tuhan tapi pada kerelaan saudara dan saya untuk saling berbagi. Mereka miskin karena kita kaya, mereka lapar karena kita mungkin mengambil terlalu banyak.

Sahabatku, biarlah di akhir minggu ini, kita berbuat sesuatu untuk sesama kita; kalau pun tidak segelas air atau sebungkus nasi, maka biarlah kehadiran dan kata-katamu menjadi makanan untuk jiwa mereka. Aku hanya mau mengingatkanmu sebagai saudaraku; segelas air bagi saudara dan saya hanya untuk memuaskan dahaga sesaat, tapi bagi saudara kita yang miskin adalah untuk hidup sehari; sebungkus atau sepiring nasi bagimu dan bagiku pasti hanyalah makanan untuk berapa jam, tapi bagi si lapar adalah untuk hidup berhari-hari. Sungguh, mereka ada di sana dalam dalam keadaan seperti itu agar saudara dan saya belajar mendidik hati dan pikiran untuk mengurangi kata dan memperbanyak aksi; mereka ada di sana agar saudara dan aku belajar mendidik hati untuk rela berbagi apa yang kita miliki. Aku hanya mengingatkanmu sebagai saudaraku akan kata-kata Yesus ini; “Apa pun yang kau perbuat atau tidak perbuat bagi salah satu saudaraku yang paling hina ini, itu kau lakukan atau tidak lakukan bagi-Ku. Saudaraku, Yesus sungguh ada dalam wajah-wajah miskin dan lapar itu. Pergilah dan temuilah mereka hari ini dan percayalah bahwa setelah membantu mereka, saudara akan mengakui kebenaran ini; Yesus sedang memakaimu untuk membuat mujizat perbanyakan roti di zaman ini.

Salam seorang sahabat untuk para sahabat,

Romo Inno

Tidak ada komentar:

Posting Komentar