Kamis, 07 Juli 2011

RENUNGAN PAGI: "TANGISAN SEORANG SAHABAT"


Sapaan seorang sahabat untuk para sahabat,
  
Setelah menyelesaikan renungan pagi aku siap untuk mngirimnya kepada kalian, ternyata signal internet hilang entah ke mana. Mencoba usb-pulsa ternyata kandas alias tidak ada lagi yang tersisa. Akhirnya, pergi persembahkan misa pagi sambil membawa usb-file renungan. Setelah misa singgah di pusat kota d...i mana ada warnet ternyata yang terbuka semuanya penuh dengan para pemain game. Akhirnya pulang aja ke tempat kost. Di tengah perjalanan ada lagi warnet yang sudah beroperasi, dan syukur bisa akses untuk kirim renungan pagi untukmu.
  
  
Minggu, 10 April, 2011
Yoh 11:3-7, 17, 20-27, 33b-45
  

“Kematian menjadi alasan seseorang menangis
tapi harapan akan kebangkitan membuat jiwa bergirang
karena hanya dengan kematian ciptaan kembali pada Penciptanya.”
                                                                                             

          Kemarin menjadi hari yang menyesakkan bagi seluruh umat keuskupan Amboina – Maluku karena peristiwa kematian dari dua sahabat seorang romo projo dan yang lain adalah suster dari Tarekat Maria Mediatrix. Itulah alasannya mengapa dalam group MIK semalam saya menulis “Ambon Menangis.” Meratapi kematian sahabat kenalan, sanak keluarga, bahkan orang yang kita cintai sungguh menjadi pengalaman manusiawi. Pasti menjadi sesuatu yang tidak normal dan aneh jika tidak ada hati yang bersedih dalam peristiwa seperti kematian.

            Mencoba memahami realitas kematian kedua sahabat ini, aku menulis di statusku dengan kata-kata sederhana; “Selamat jalan ade, sampaikan salamku kepada Bapamu, Bapaku dan Bapa kita.” Sesaat setelah itu, teringatlah aku akan sebuah tulisan pendek di sebuah papan kecil di kampusku Santo Tomas- Manila; “Jangan menangis, Aku di sini.” Inilah yang kiranya menjadi penghiburan bagi semua yang mengalami kesedihan karena berpulangnya sanak-keluarga yang mereka cintai bahwa “kematian menjadi gerbang yang indah bagi seseorang untuk bertemu dengan Yesus.” (Tentunya dari sisi ajaran agama kita masih berbicara tentang apakah langsung masuk surga, atau api penyucian ataukah neraka. Akan tetapi, baiklah kita tinggalkan itu dan bahas dalam diskusi di tempat lain. Apa yang menjadi inti permenungan kita pagi ini adalah betapa indahnya kematian itu bila dimaknai) Pengalaman kesedihan itu pulah yang menjadi bahan perbincangan antara Marta dan Yesus. Jika Anda menyimak dengan saksama maka ada sesuatu yang indah di sana lewat kata-kata Yesus; “Akulah Kebangkitan dan Kehidupan. Barangsiapa percaya kepada-Ku akan hidup walaupun ia telah meninggal.”  Inilah alasan mengapa setiap kali Aku mengajakmu untuk bangga karena punya Yesus Yang Adalah Allah yang hidup. Apakah ada seorang nabi dari agama lain yang mengatakan seperti ini? Tidak saudaraku! Hanya Yesusmu dan Yesusku. Ya, Dialah Yesus kita.

            Ada sebuah nasehat indah dari seorang bocah di Amerika yang katanya pernah mendengar suara Allah (Aku tidak berbicara tentang benar tidaknya cerita itu tapi cuma mengutip kata-kata indahnya) yang ketika suatu pagi merasa sedih karena mendapati binatang kesayangan patah kakinya. Dalam kesedihannya, ia mendengar suara yang mengatakan; “Ingatlah bahwa Aku pun pernah kehilangan Putra Kesayangan-Ku dalam peristiwa kematian yang tragis.” Karena itu, bocah ini berpesan kepada para pendengar radio di mana ia mengsharingkan pengalamannya; Jika engkau kehilangan sesuatu yang engkau sangat cintai. Jika engkau kehilangan ayah, ibu, anak, orang tua, sanak saudara dan sahabat-kenalan, maka ingatlah bahwa Allah pun pernah kehilangan Putra Kesayangan-Nya.” Karena itu, bila itu terjadi padamu maka berlarilah kepada Allah karena Ia sungguh mengerti segala kesedihanmu.

            Saudaraku, merenungkan tentang peristiwa kematian dan kebangkitan kembali Lazarus, sahabat Yesus, kita diajak untuk memberi ruang di setiap peristiwa kesedihan, apalagi kematian akan sebuah harapan besar bahwa Allah sungguh mencintai mereka yang telah berpulang dalam peristiwa kematian. Ayat ini tetap menjadi bacaan kesayanganku; “Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada.” (Yoh 14:2b-3).  Aku hanya mengingatkanmu bahwa hanya mereka yang tidak beriman sungguhlah yang akan menganggap kematian sebagai sesuatu yang sia-sia. Namun, bagi mereka yang sungguh percaya, akan selalu merindukan saat tibanya kematiannya sebagai pintu yang harus dilalui untuk bertemu dengan Yesus dan Penciptanya. Karena itu juga semalam aku menulis di statusku yang lain; “Peristiwa kematian orang lain selalu menjadi saat terindah bagiku untuk menghitung bahwa hari ini adalah hari pertama dari sisa hidupku di dunia ini.”

              Karena itu, pesanku kepadamu sebagai saudaraku: Waktu hidup kita sudah semakin singkat. Jika Anda memiliki uang maka Anda boleh membeli apa saja untuk menghiasi rumah dan tubuhmu, tapi jangan lupa untuk selalu menghiasi jiwamu dengan kebaikan dan cinta kepada Tuhan dan sesamamu selagi hidup masih diberikan kepadamu. Tubuh akan kembali kepada pelukan ibu pertiwi tapi hanya jiwalah yang menghadap hadirat Bapa, Penciptamu.
Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,

***Duc in Altum***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar