Senin, 18 Juli 2011

Renungan Pagi: "DICINTAIMU KUTERMANGU"


Selasa, 19 Juli 2011
Mat.12:46-50

Jika kita renungkan lebih dalam maka kita akan temukan caranya Yesus mendefinisikan persahabatan dan persaudaran sungguh lain dengan cara berpikir kita; Ketika orang Yahudi sangat menghormati Yahweh mereka, maka Ia mengajak para pengikut-Nya memanggil Allah sebagai Bapa; Ketika ada orang bertanya tentang siapakah sesamaku manusia, Ia menunjuk orang asing Samaria yang baik baik hati; Ketika para nabi, ahli Taurat dan orang Farisi menghindari para pendosa, justru Ia duduk makan bersama dengan mereka dalam kegembiraan seperti di rumah Levi; Ketika murid-murid-Nya berdiskusi tentang siapakah yang terbesar di antara mereka, Ia mengambil seorang anak kecil sebagai contoh; Ketika orang bertanya; Siapakah ibu dan saudara-saudari-Mu? Ia justru menunjuk mereka yang mendengarkan dan melakukan sabda Bapa-Nya. Namun jauh sebelumnya, kelahiran-Nya pun menjadi tanda yang mengherankan bahkan aneh karena Ia hanya dilahirkan di kandang binatang, dikunjungi oleh para gembala kecil dan 3 raja asing; Kematian-Nya pun menjadi sebuah keanehan terbesar sepanjang masa, karena lewatnya manusia diselamatkan; Dan, beragam contoh lain, yang membuat Anda bertanya; “Ada apa dibalik semua keanehan ini?”

Semua cara dan jawaban aneh itu berasal dari cinta-Nya yang berkobar-kobar untuk menaati kehendak Allah, Bapa-Nya dan mencintai setiap orang tanpa batas. Cobalah renungkan pagi ini; “Jika dosa menjadi dasar hukuman bagi kita, dapatkah kita layak hidup dan mendapatkan belas kasihan-Nya?” Kesadaran bahwa Anda berbuat dosa dan menyakiti-Nya tak membuat hukaman diberi dan kematian merenggutmu, melainkan Ia dengan penuh kesabaran, memberi kesempatan, merawat dan memberkatimu dengan harapan bahwa mungkin suatu waktu penyesalan terjadi dan pertobatan akan menuntunmu pada keselamatan. Dengan kata lain, cara-Nya Ia mencintai kita, membuat kita kagum dan termangu mengalaminya. Ia tak pernah bertanya siapakah Anda ketika Ia mencintaimu. Hanya satu harapan-Nya semoga cinta-Nya membuatmu berubah, bertobat dan kembali kepada Bapa.

Baiklah di hari ini kita renungkan kembali cara kita mencintai orang lain, cara kita menjadikan orang lain sebagai sahabat dan saudara bagi kita. Sejauh manakah kita telah merubuhkan tembok pemisah dan mampu melihat Allah dalam diri dan wajah sesama? Aku hanya berpesan padamu; “Sama seperti cinta-Nya mengalir kepadamu tanpa batas, maka hendaknya cintamu pun kepada orang lain terberi tanpa batas, apa pun resikonya.” Karena resiko cinta-Nya dalah kematian, tapi Anda tidak mati hanya karena Anda mau mencintai orang lain tanpa batas.


Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,

***Duc in Altum***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar