Kamis, 07 Juli 2011

RENUNGAN PAGI: "DEMI DIA, KAU DAN AKU"

  • Rabu, 30 Maret 2011
    Mat 5:17-19


    “Selama Anda tidak mau menaati hukum/aturan maka ketidakbebasan selalu
    ... Anda rasakan dalam hidupmu.”


     Seorang teman suster dari Korea Selatan mengingatkanku ketika pertama kali saya pergi mengikuti test masuk pada fakultas hukum gereja di Universitas Santo Tomas – Manila, Filipina, begini katanya; “Ingat, hukum tanpa cinta adalah sebuah kesia-siaan.” Aku hanya membalasnya; “terima kasih, suster! Tapi, ini pun benar bahwa hidup manusia tanpa adanya aturan/hukum hanya akan menciptakan kekacauan dan bahkan kehancuran.” Sepertinya tidak ada hubungan antara nasehat suster dan jawaban saya, tapi baiklah saya mencoba untuk mengatakannya kepadamu bahwa “manusia membutuhkan hukum agar menciptakan keteraturan tetapi baiklah ketika sampai pada urusan menegakkan aturan maka haruslah dilaksanakan dengan penuh cinta.”

    Hari ini Yesus berbicara tentang pentingnya hukum dan aturan dalam masyarakat/umat. Dalam diskusi dengan teman-teman Protestan, mereka selalu mengeritik banyaknya aturan dalam Gereja Katolik. Ide kontra mereka adalah Yesus mencela banyak aturan dan kebiasaan bangsanya bahkan dengan tegas Ia mengatakan; sabat diciptakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari sabat. Meskipun demikian, pagi ini Yesus mengatakan, jangan mengira Aku datang untuk menghilangkan hukum/aturan. Tidak! Aku datang untuk menggenapinya. Ada apa dibalik dua sabda Yesus yang membingungkan ini?

    Banyak orang mengeritik Gereja Katolik hanya karena banyaknya aturan dalam berbagai aspek kehidupan menggereja dan beriman umatnya. Contoh kecil saja; Untuk menjadi Katolik saja dari agama lain musti belajar sebagai calon baptis paling cepat 1 tahun dan bahkan ada keuskupan/paroki tertentu yang menetapkan 2 tahun sebagai waktu minimum. Demikian pun banyak aturan lain yang dibuat dan diterapkan secara ketat seperti aturan bagi pasangan suami-istri untuk tidak bercerai selain adanya maut. Kepada seorang ibu yang merasa terikat dengan aturan ketat ini, saya cuma menjawabnya; Bila tidak ada aturan tentang perkawinan Katolik, ibu bisa menghitung berapa pasangan yang bercerai dalam seminggu, sebulan dan bahkan setahun? Apakah aturan itu berguna untuk kami para romo yang tidak nikah? Tidak saudaraku! Itu untuk Anda yang dipanggil untuk menikah. Sungguh, adanya hukum bukan untuk mengikat manusia melainkan membebaskannya dan menciptakan keteraturan dalam hidup. Masa sih? Baiklah saya berikan yang satu ini agar membantumu mengerti tentang fungsi hukum; Dapatkah Anda membayangkan kekacauan bahkan kecelakaan yang terjadi ketika tidak ada rambu-rambu lalulintas di jalan? Lampu merah, kuning dan hijau selalu dipasang pada pertigaan atau perempatan jalan; Lampu kuning sebagai peringatan akan adanya pergantian dari merah ke hijau atau sebaliknya hijau ke merah. Lampu merah tandanya berhenti dan lampu hijau memberi tanda bahwa Anda boleh berjalan terus dengan kendaraanmu. Apa fungsi hukum/aturan dalam contoh ini? Hukum/aturan bukanlah mesin mobil atau manusia yang mengendarai mobil. Hukum/aturan adalah lampu yang bernyala. Lampu tak pernah bisa menggerakan mobilmu. Itu adalah mesin. Meskipun demikian, Anda harus mengendarai terus mobilmu jika ada lampu hijau, sebaliknya memberhentikannya ketika ada lampu merah. Melanggar aturan ini seperti ketika ada lampu merah bukan saja menciptakan kekacauan, tetapi lebih dari itu dapat terjadi tabrakan. Tabrakan itu dapat menyebabkan kerusakan pada mobil Anda, tetapi juga bisa merusakan hubungan Anda dengan orang lain karena adanya pertengkaran dan perkelahian, dan bisa saja Anda akan berhadapan dengan polisi. Namun, bahaya terbesar sedang menantimu yakni mereka yang ditabrak bisa saja mengalami gangguan fisik atau bahkan kehilangan nyawa. Wow, bisakah Anda bayangkan kekacauan dan kerugian yang terjadi dalam sebuah tindakan bodoh untuk tidak menaati hukum atau aturan dalam masyarakat, dalam sebuah komunitas dan dalam Gereja? (Untuk  negara kita yang tercinta banyak aturan atau hukum telah diputar-balikkan dalam penerapan akibat kepentingan pribadi atau kelompok yang tertentu/berkuasa)

    Meskipun demikian, mengapa Yesus mengatakan bahwa Ia datang untuk menggenapi hukum? Karena di balik perumusan hukum selalu ada tujuan dan kepentingan manusia. Itu pun yang terjadi dalam kehidupan menggereja atau beriman; dibalik semua aturan yang diterapkan dalam liturgy misalnya bukan demi gereja itu sendiri (organisasi dan orang-orangnya semata) tetapi demi Allah yang dipuji dan disembah dalam sebuah kegiatan liturgy. Banyak orang mengeritik Gereja Katolik dengan aturan-aturannya sementara mereka sendiri juga memerlukan aturan dalam kehidupan menggereja mereka. Apakah kita mengeritik orang lain/Gereja Katolik hanya karena aturannya tidak sesuai dengan aturan kita yang katanya berdasarkan Kitab Suci? Rasanya aneh saja.

    Profesor hukum gereja di fakultas kami mengatakan sesuatu yang menggelitik di telinga; Yesus pasti heran melihat banyaknya aturan yang ditetapkan dan diterapkan dalam Gereja yang didirikan-Nya. Ia pasti bangga bahwa dari apa yang cuma disabdakan kepada Petrus; “Di atas batu karang ini aku akan mendirikan Gereja-Ku dan kunci kerajaan Allah diserahkan kepadamu” telah melahirkan 1752 aturan seperti yang tercantum dalam buku hukum kanonik Gereja Katolik, dan semuanya demi menjaga kelestarian dan keteraturan Gereja yang didirikan-Nya, dan bila Anda belajar atau membaca isi kanon-kanon itu maka semuanya demi menjaga hubungan antar manusia dalam Gereja dan demi kemuliaan Tuhan yang disembah dalam Gereja itu sendiri. Jika demikian adanya maka taatilah hukum agar Anda pun menjadi manusia bebas dalam hidup yang tidak melihat hukum/aturan sebagai beban melainkan sebagai sarana untuk membuatmu dapat berelasi bebas dengan Tuhan dan sesamamu.


    Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,

    ***Duc in Altum***
    Lihat Selengkapnya
  • Sapaan seorang sahabat untuk para sahabat,

    "Mempersalahkan anak-anak muda, putra-putri kita rasanya tidak akan menyelesaikan masalah. Karena itu, sebaiknya kita sadar bahwa kita pun turut mengambil bagian dalam menciptakan kondisi yang memungkinkan banyak orang muda melakukan tindakan tak terpuji di masa muda mereka. Kisah si Lily kiranya me...njadi cermin dan peringatan bagi kita untuk berbenah diri mulai sekarang."



    "HILANGNYA MAHKOTA SI LILY"


    "Gongongan atau cakaran di pintu gerbang menjadi tanda bahwa si lily telah kembali dari petualangannya sehingga siapun romo yang mendengarnya bergerak untuk membuka pintu dan mempersilakan si Lily untuk memasuki istananya."


    Si Lily adalah nama seekor anjing betina yang ketika saya datang dan tinggal di tempat kost yang baru pada awal bulan Februari yang lalu masih nampak muda, gesit. lincah dan lucu. Ia berlari ke sana ke mari di lokasi halaman depan komunitas kami yang berukuran 10x15cm meter itu dengan gembira setiap saat. Salah satu keunggulan si Lily adalah tak pernah masuk di ruang tamu atau dapur rumah kami. Jika ia lapar atau haus maka ia biasanya duduk di muka pintu dapur sebagai tanda bahwa ia membutuhkan makanan. Si Lily sangat akrab dengan setiap pengunjung dengan cara selalu bermain dengan siapa saja yang datang mengunjungi komunitas kami.

    Seiring berlalunya waktu kini si Lily telah menjadi anjing betina muda yang lucu dan elok dipandang mata. Sejak awal bulan ini, si Lily biasanya menggonggong seakan meminta; romo, berilah aku waktu untuk menghirup udara bebas. Maklum si Lily mengalami kesepian seorang diri di halaman rumah kami yang berpagar tinggi dan tertutup itu. Mendengar gonggongan si Lily para romo pun merasa iba maka biasanya gerbang pintu dibuka pada pagi, sore atau bahkan malam hari untuk si Lily. Kembali dari petualangannya si Lily nampak gembira dan ceriah ketika pintu gerbang dibuka karena gonggongan atau cakaran si Lily di pintu gerbang. Apa yang terjadi sekarang pada si Lily? Ternyata ia telah bunting (hamil). Wow, ternyata apa yang dibuat oleh si Lily dalam masa petualangannya yakni bercinta dengan kekasih hatinya di luar rumah. Akibatnya, kelincahannya sebagai seekor anjing betina muda pun berangsur mulai hilang. Keelokan tubuhnya pun mulai berkurang seiring dengan semakin membesarnya perut si Lily. Oh, si Lily, mahkota indahmu telah hilang bahkan rusak akibat nalurimu yang tak  terkontrol. Tapi, apa artinya suara kasihan bagi si Lily? Ia hanyalah seekor anjing (binatang) yang mengikuti naluri kebinatangannya.

    Saudaraku yang terkasih,
    Aku hanya datang dalam kesadaranmu sebagai seorang saudara malam ini dan membisikan di telinga dan hatimu bahwa banyak remaja, putra-putri kita pun terjerat dalam kelakuan yang sama seperti si Lily. Di kamar pengakuan terdengar kisah sedih banyak remaja yang mengakui kegiatan sexualnya sebelum nikah. Di luar sana, khususnya di Manila Anda akan bertemu  banyak gadis muda dengan bayi tanpa ada lelaki yang berani mengakui dan memperkenalkan diri sebagai ayah dari bayi dari wanita-wanita muda yang sementara hamil itu. Sungguh, sebuah kebobrokan aklak telah melanda dunia orang muda zaman ini. Menuding orang-orang muda sebagai pihak yang salah tentunya bukan sikap yang bijak dari kita sebagai orang tua. Mereka memang bersalah karena tidak mengontrol kehidupan, nafsu dan keinganan mereka, tetapi kita pun dengan sadar atau tidak terlibat dalam menciptakan peluang ini. Bukankah para romolah yang membuka gerbang rumah membiarkan si Lily pergi tanpa kontrol yang ketat? Bukankah para romo tidak mencari si Lily bila waktu yang telah digunakan  sudah terlalu panjang dan lama? Demikian pun apa yang kita perbuat sebagai orang tua terhadap orang muda, terhadap putra-putri kita di zaman ini. Tanpa perlu membandingkan masa lalu dengan masa sekarang tapi inilah yang terjadi bahwa apa yang "tabu" dalam masyarakat di masa lalu kini seakan menjadi hak yang harus dinikmati bebas oleh setiap orang muda.

    Saudaraku,
    Jika malam ini Anda membaca tulisan tentang si Lily maka saya hanya mau mengatakan kepadamu bahwa ada sebuah bahaya besar sedang melanda generasi muda kita. Mereka mungkin berpikir bahwa inilah dunia mereka, inilah kebebasan mereka, inilah hak mereka, tapi kita adalah orang tua mereka, kita adalah pihak yang dipercayakan oleh Tuhan untuk membimbing mereka. Aku hanya mengingatkanmu sebagai saudaraku bahwa penyesalan kemudian tidak bisa menyembuhkan luka yang kita sendiri telah berpartisipasi menciptakan dalam jiwa orang muda, putra-putri kita. Tulisan ini tidak mau mengatakan bahwa semua orang muda telah bobrok dan jahat sifat tabiatnya, namun kiranya menjadi peringatan bagi kita semua, baik orang tua maupun generasi muda, putra putri kita untuk tidak mengalami seperti si Lily anjing kami. Ya, si Lily hanyalah seekor anjing (binatang) tetapi generasi muda, putra-putri kita adalah generasi penerus bangsa dan gereja kita. Mereka adalah manusia yang harus diperlakukan sebagai manusia pula.  Kepada para peniten yang mengakui dosa sex pra-nikah aku selalu menasehati; Putra-putriku yang terkasih...sungguh indah dan menjadi anugerah yang luar biasa ketika Tuhan memberikan kita kebebasan, nafsu dan keinginan, tetapi lebih mengagumkan lagi bahwa Tuhan  melengkapinya dengan semacam "remote control" yakni otak dan hatimu untuk mengontrolnya. Apa pun yang terjadi, Anda adalah ratu dan raja atas hidupmu. Orang lain boleh membantu memberimu nasehat tapi Anda sendirilah yang harus membuat keputusan atas apa yang boleh atau tidaknya Anda harus nikmati dalam hidupmu. Tuhan telah memberi talenta yang luar biasa bagimu sejak Anda diciptakan maka pergunakanlah itu dengan baik dan benar sesuai maksud dan tujuan semuanya itu diberikan kepadamu.

    Akhirnya, bagi yang memiliki anak, semoga tulisan ini membantumu mengingatkan putra-putrimu. Sedangkan bagi kami yang lain, masih terbuka banyak kesempatan dan waktu untuk mengingatkan generasi muda yang dipercayakan kepada kami. Demikian pun bagi generasi muda yang membaca renungan malam ini semoga menjadi peringatan dini bagimu. Marilah kita mohon Tuhan membantu kita semua dengan rahmat-Nya, terutama generasi muda kita untuk menghormati keluhuran martabat dan tubuh mereka di masa muda mereka.


    Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,

    ***Duc in Altum***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar