Kamis, 07 Juli 2011

RENUNGAN PAGI: "BERTOLAKLAH LEBIH DALAM, KAWAN"


Jumat, 8 April, 2011
Yoh 7:1-2, 10, 25-30


“Belajar untuk memahami orang lain secara utuh adalah jalan terindah
... untuk menjadi sahabat sejati.”

         
Seorang anak transmigran dari luar Maluku ketika pertama kali pergi ke laut mencari mutiara bersama teman-teman penduduk asli kepulauan Aru (Dobo), daerah penghasil mutiara, ia tidak mendapatkan sebiji pun. Rupanya ia hanya mendengar dari cerita orang bahwa di laut terdapat banyak mutiara, tapi bagaimana mutiara itu dan di mana mutiara itu terletak, semua informasi lain tentangnya ia sama sekali tidak mengetahuinya. Di dalam pikirannya ketika ke laut adalah harus mendapatkan mutiara. Apa yang terjadi bahwa setiap kali ia melihat kulit kerang laut yang kasar dan tajam ia selalu menghindar. Sebaliknya, teman-teman penduduk asli yang melihat kerang yang sama, memungutnya dan kemudian membukanya  dan mendapati biji mutiara yang indah di sana.

Mencoba membayangkan kehidupan Yesus 2000 tahun lalu di tanah Palestina sungguh membuat kita mengerti betapa sulitnya hidup yang harus dijalani-Nya dalam 3 tahun terakhir sebelum kematian-Nya yang tragis itu. Di satu pihak, ketika Ia melakukan mujizat Ia di puji dan disembah, sebaliknya di lain waktu Ia pun difitnah dan dicercah bahkan penolakan dan ancaman terhadap nyawa-Nya pun diterima-Nya. Kalau orang lain, kiri-kanan oke, maka Yesus pasti mengalami kiri-kanan susah. Semuanya terjadi karena kecemburuan yang besar dari para pemimpin agama Yahudi atas pekerjaan dan karya Yesus, terlebih karena pernyataan-Nya bahwa Dia adalah utusan dan Putra Allah atau Mesias. Kecemburuan telah membutakan mata dan hati mereka untuk melihat dan mengakui kebaikan dan kebenaran dalam kata dan perbuatan Yesus. Sebaliknya, hanya kritik, cercaan dan ancaman bahkan fitnahan demi mempertahankan kedudukan dan jabatan mereka sebagai pemimpin agama Yahudi selalu terlontar demi mendapatkan dukungan dari anggota masyarakat Yahudi sehingga ada alasan untuk membunuh-Nya

            Sungguh, ini pun yang terjadi dalam kehidupan kita di dalam masyarakat, umat dan persahabatan kita dengan orang lain. Banyak orang cenderung untuk menilai orang lain baik atau buruknya dari satu kejadian atau sifat buruk yang kebetulan terjadi. Banyak orang terbentur pada dinding menilai orang lain dari sifat lahariah semata sehingga tidak tertarik untuk mengenal lebih jauh dan dalam kebaikan yang ada di hati orang lain. Inilah penghakiman atau penglebelan yang membuat kita cenderung untuk menilai baik buruknya orang lain hanya berdasarkan hal-hal lahiriah semata. Inilah kebenarannya bahwa apa yang kita ketahui tentang orang lain hanyalah sebagian kecil dari kepribadian orang tersebut. Mungkin hanya karena sebuah kesalahan kecil, pun besar, lantas kita menilai bahwa orang itu jahat, dan kecenderungan ini membuat kita lupa bahkan tidak mau tahu tentang kisah hidup yang tersembunyi dari orang lain, rahasia-rahasia hidupnya, keinginan dan kebutuhannya dasariahnya, serta latar belakang keluarga, pokoknya semua faktor yang membuat seseorang seperti adanya dia di depan mata kita.

            Pagi ini aku hanya mau menasehatimu untuk mencoba memahami orang lain dari semua aspek kehidupannya. Inilah kebenarannya “jika engkau sungguh-sungguh memahami siapakah dirimu, engkau tidak akan sombong. Dan jika engkau sungguh-sungguh memahami orang lain, engkau tidak akan cenderung untuk menghakimi mereka.”Ingatlah bahwa mutiara selalu tersimpan dalam kulit kerang yang kasar dan tajam. Demikian pun biji manis durian terbungkus oleh kulit buahnya yang tajam dan berduri. Sebagian besar orang tidak mendapatkan biji mutiara yang indah atau biji durian yang manis hanya karena tertipu dengan pandangan mata dan bayangan kesakitan yang akan diterima bila ia membuka kulitnya, atau setidak-tidaknya tidak mau repot untuk menyentuh kulitnya karena takut tertusuk duri atau terluka jari-jarinya ketika membuka kulitnya. Cobalah untuk membuka kulit durian dan kerang yang tajam itu karena di sanalah Anda akan menemukan biji manis durian dan mutiara yang indah di kedalaman hati dan jiwa mereka yang menjadi sahabat kenalanmu, bahkan anggota keluarga yang hidup bersamamu setiap saat dan sepanjang hidupmu. Hanya mengingatkanmu bahwa ketika Petrus semalam suntuk tidak mendapatkan ikan, Yesus berkata kepadanya; “Bertolaklah ke tempat yang lebih dalam dan tebarkanlah jalamu.” Petrus menurutinya dan ia pun menangkap banyak ikan.  Karena itu, alangkah indahnya jika kita rela untuk bertolak ke kedalaman jiwa orang lain agar mampu memahami siapakah dia dengan benar dan lebih bijak.


Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,

***Duc in Altum***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar