Jumat, 1 April, 2011
Mrk 12:28-34
“Kesulitan terbesar orang untuk mencintai Tuhan dan sesama adalah
... karena mereka tidak menghargai diri mereka sendiri,
dan tidak rela mendengarkan orang lain.”
Dalam diskusi di GK semalam, ada orang bertanya; “Mengapa aku harus taat kepada Paus yang adalah seorang manusia? Aku hanya taat kepada Kristus.” Ya, selain si penanya seorang Protestan tapi sebenarnya ia lupa bahwa ia sendiri pasti taat kepada pendetanya. Akan tetapi lebih dari itu, ia lupa bahwa terhadap yang kelihatan saja ia tidak taat, lalu bagaimana mungkin kita bisa mengukur ketaatannya terhadap yang tak kelihatan. Pengalaman lain; kepada seseorang yang tidak menerima diri apa adanya, aku menasehatinya kemarin; “Bagaimana mungkin engkau dapat mencintai Tuhan yang tak kelihatan atau orang lain jika terhadap dirimu sendiri engkau tidak sanggup untuk menerimanya (mencintainya) apa adanya?”
Injil hari ini berbicara tentang cinta yang terbesar dan terutama dalam kekristenan, yakni“Cintailah Tuhan, dan cintailah sesamamu seperti cinta akan dirimu sendiri.” Tentang ini kiranya tidak perlu dijelaskan panjang lebar karena sudah banyak orang yang berkotbah dan buku yang berbicara tentang bagaimana cinta akan Tuhan dan sesama menjadi pokok dan inti kekristenan. Apa yang ingin kuingatkan kepada Anda sekalian sebagai saudaraku di pagi ini yakni kesulitan terbesar orang untuk mencintai Tuhan dan sesama. Tidak mungkin orang bisa mencintai Tuhan dan sesama dengan tuntas, jiwa dan raganya jika ia tidak mampu menerima dirinya apa adanya, dan tidak mampu mendengarkan orang lain. Dengan kata lain, cinta akan Tuhan dan sesama bisa terwujud bila Anda mampu mencintai = menerima dirimu apa adanya dan mendengarkan orang lain.
Dua hal yang disebutkan di atas akan kita coba pertajam pengertiannya di bawaha ini:
Pertama; Mencinta=menerima diri apa adanya: Jika Anda mampu menerima bahwa rambutmu keriting atau kulitmu hitam, hidungmu tidak mancung, tubuhmu tidak sempurna, maka terhadap orang lain yang mempunyai kekurangan seperti itu Anda pun akan mampu menerima mereka apa adanya. Dan, jika Anda mampu mencintai dan menerima dirimu apa adanya maka cintamu pada Tuhan akan menjadi utuh dalam bentuk sebuah ucapan syukur dan terima kasih karena Ia telah menciptakan engkau seperti adanya engkau saat ini.
Kedua, Ketidakmampuan untuk mendengarkan Tuhan dan orang lain; Kesulitan terbesar kedua untuk mencintai Tuhan dan sesama adalah ketika Anda tidak mampu mendengarkan Tuhan dan sesamamu. Bagaimana mungkin pasangan suami-istri mampu saling mencintai jika mereka tidak pernah saling mendengarkan satu terhadap yang lain? Hal yang sama bisa kita terapkan dalam relasi kita dengan Tuhan; Bagaimana mungkin Anda mampu mencintai Dia jika Anda tidak mau mendengarkan dan taat kepada-Nya lewat Paus misalnya sebagai orang Katolik? Karena itu, sejauh ketidakmampuan untuk menerima diri apa adanya dan mendengarkan orang lain masih bercokol di dalam hatimu maka Anda akan gagal terus untuk mencintai Tuhan dan sesamamu dengan lebih baik.
Ya, kata orang; “Tak seorang manusia pun bisa tamat dari sekolah cinta.” Iya, kita tak pernah tamat karena kita gagal untuk menerima diri kita apa adanya dan kita tidak rela untuk mendengarkan orang lain. Karena itu, baiklah di hari ini, terutama ketika Anda melakukan puasa dan pantang maka dua hal ini kiranya Anda lakukan, yakni; Pergilah ke dalam kamarmu, beridirilah di depan cermin sehingga seluruh tubuhmu kelihatan. Perhatikanlah satu demi satu anggota tubuhmu, semua yang ada padamu dan bersyukurlah bahwa Anda seperti Anda adanya sekarang ini. Ucapan syukur ada jalan untuk berterima kasih kepada Tuhan sebagai Penciptamu; Hal lain yang perlu Anda perbuat di hari puasa dan pantang ini yakni; Baiklah di hari ini Anda perkurangi kebiasaan Anda untuk berbicara di kantor, di tempat kerja dan di rumah. Biarlah Anda menjadi seorang pendengar yang setia kepada orang lain, kepada suami/istri, anak-anak atau siapa saja yang Anda temui hari ini. Akhirnya, mohonkanlah rahmat Tuhan agar memampukan Anda untuk melakukan semuanya ini.
Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,
***Duc in Altum***
Mrk 12:28-34
“Kesulitan terbesar orang untuk mencintai Tuhan dan sesama adalah
... karena mereka tidak menghargai diri mereka sendiri,
dan tidak rela mendengarkan orang lain.”
Dalam diskusi di GK semalam, ada orang bertanya; “Mengapa aku harus taat kepada Paus yang adalah seorang manusia? Aku hanya taat kepada Kristus.” Ya, selain si penanya seorang Protestan tapi sebenarnya ia lupa bahwa ia sendiri pasti taat kepada pendetanya. Akan tetapi lebih dari itu, ia lupa bahwa terhadap yang kelihatan saja ia tidak taat, lalu bagaimana mungkin kita bisa mengukur ketaatannya terhadap yang tak kelihatan. Pengalaman lain; kepada seseorang yang tidak menerima diri apa adanya, aku menasehatinya kemarin; “Bagaimana mungkin engkau dapat mencintai Tuhan yang tak kelihatan atau orang lain jika terhadap dirimu sendiri engkau tidak sanggup untuk menerimanya (mencintainya) apa adanya?”
Injil hari ini berbicara tentang cinta yang terbesar dan terutama dalam kekristenan, yakni“Cintailah Tuhan, dan cintailah sesamamu seperti cinta akan dirimu sendiri.” Tentang ini kiranya tidak perlu dijelaskan panjang lebar karena sudah banyak orang yang berkotbah dan buku yang berbicara tentang bagaimana cinta akan Tuhan dan sesama menjadi pokok dan inti kekristenan. Apa yang ingin kuingatkan kepada Anda sekalian sebagai saudaraku di pagi ini yakni kesulitan terbesar orang untuk mencintai Tuhan dan sesama. Tidak mungkin orang bisa mencintai Tuhan dan sesama dengan tuntas, jiwa dan raganya jika ia tidak mampu menerima dirinya apa adanya, dan tidak mampu mendengarkan orang lain. Dengan kata lain, cinta akan Tuhan dan sesama bisa terwujud bila Anda mampu mencintai = menerima dirimu apa adanya dan mendengarkan orang lain.
Dua hal yang disebutkan di atas akan kita coba pertajam pengertiannya di bawaha ini:
Pertama; Mencinta=menerima diri apa adanya: Jika Anda mampu menerima bahwa rambutmu keriting atau kulitmu hitam, hidungmu tidak mancung, tubuhmu tidak sempurna, maka terhadap orang lain yang mempunyai kekurangan seperti itu Anda pun akan mampu menerima mereka apa adanya. Dan, jika Anda mampu mencintai dan menerima dirimu apa adanya maka cintamu pada Tuhan akan menjadi utuh dalam bentuk sebuah ucapan syukur dan terima kasih karena Ia telah menciptakan engkau seperti adanya engkau saat ini.
Kedua, Ketidakmampuan untuk mendengarkan Tuhan dan orang lain; Kesulitan terbesar kedua untuk mencintai Tuhan dan sesama adalah ketika Anda tidak mampu mendengarkan Tuhan dan sesamamu. Bagaimana mungkin pasangan suami-istri mampu saling mencintai jika mereka tidak pernah saling mendengarkan satu terhadap yang lain? Hal yang sama bisa kita terapkan dalam relasi kita dengan Tuhan; Bagaimana mungkin Anda mampu mencintai Dia jika Anda tidak mau mendengarkan dan taat kepada-Nya lewat Paus misalnya sebagai orang Katolik? Karena itu, sejauh ketidakmampuan untuk menerima diri apa adanya dan mendengarkan orang lain masih bercokol di dalam hatimu maka Anda akan gagal terus untuk mencintai Tuhan dan sesamamu dengan lebih baik.
Ya, kata orang; “Tak seorang manusia pun bisa tamat dari sekolah cinta.” Iya, kita tak pernah tamat karena kita gagal untuk menerima diri kita apa adanya dan kita tidak rela untuk mendengarkan orang lain. Karena itu, baiklah di hari ini, terutama ketika Anda melakukan puasa dan pantang maka dua hal ini kiranya Anda lakukan, yakni; Pergilah ke dalam kamarmu, beridirilah di depan cermin sehingga seluruh tubuhmu kelihatan. Perhatikanlah satu demi satu anggota tubuhmu, semua yang ada padamu dan bersyukurlah bahwa Anda seperti Anda adanya sekarang ini. Ucapan syukur ada jalan untuk berterima kasih kepada Tuhan sebagai Penciptamu; Hal lain yang perlu Anda perbuat di hari puasa dan pantang ini yakni; Baiklah di hari ini Anda perkurangi kebiasaan Anda untuk berbicara di kantor, di tempat kerja dan di rumah. Biarlah Anda menjadi seorang pendengar yang setia kepada orang lain, kepada suami/istri, anak-anak atau siapa saja yang Anda temui hari ini. Akhirnya, mohonkanlah rahmat Tuhan agar memampukan Anda untuk melakukan semuanya ini.
Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,
***Duc in Altum***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar