Kamis, 07 Juli 2011

RENUNGAN PAGI: “Ajarlah Aku Mendengar dan Melihat dengan Kasih”


Inno Ngutra

Selasa, 15 Februari 2011
Mrk 8: 14-21

...
“Dunia terasa indah bila kita punya mata dan telinga,
tapi apa jadinya jika kita tidak gunakan untuk melihat dan mendengar
jeritan hati sesama kita?”

Di atas jembatan penyeberangan itu ia selalu duduk memainkan piano kecilnya yang disambung ke sebuah salon mini sehingga suaranya nyaring terdengar oleh telinga yang mau mendengarnya sehingga terduga hatinya untuk mengeluarkan sepeso dari sakunya dan meletakkan ke dalam botol kecil itu. Kadang ia cuma memainkan instrument, tapi kadang juga ia mengeluarkan suara emasnya mendendangkan lagu-lagu Oscar Haris yang berat - serak menggoda, sementara tak jauh darinya duduk lagi seorang temannya yang cuma dengan sebuah kaleng di tangannya mencoba mengais rezeki dari mereka yang lalu-lalang di hadapannya tanpa ia melihat wajah dan rupa mereka. Kendatipun demikian, mereka berdua yakin bahwa dendang suara dan musik mereka terdengar oleh telinga dan tubuh mereka yang cacat - buta itu terlihat oleh mata sesama yang melewati tempat mereka di atas jembatan penyeberangan itu. Ada yang melihat dan mendengar, merasa iba dan memberi, tapi ada juga yang hanya melihat dan mendengar bahkan menikmati alunan musik dan suara mereka sambil berlalu mengejar waktu sekolah atau kerja mereka.

Teguran Yesus kepada para murid-Nya sungguh jelas ketika mereka punya mata namun tidak melihat, punya telinga namun tidak dapat mendengar, punya hati dan tidak dapat merasa serta punya otak tapi tidak dapat berpikir dalam Injil hari ini. Bahkan lebih parah lagi jika semuanya itu kita miliki tapi tidak dapat menggunakan untuk melakukan kebaikan bagi Tuhan dan sesama melainkan untuk melakukan kejahatan. Tangan untuk mencuri dan memukul, mulut untuk mencaci dan menceritakan kejelekan orang lain dan memfitnah, otak untuk merencanakan dan melakukan kejahatan, serta hati untuk memendam iri dan tak mampu mengampuni. Semuanya itu adalah pemberian Sang Khalik, tapi ketika kita tidak mampu dan rela menggunakannya untuk memuliakan Dia dan demi kebaikan sesama, maka disebut apakah kita ini? Bukankah kita kurang ajar karena tidak menghargai pemberian Tuhan? Bukankah kecenderungan seperti ini dapat menuntun kita pada dosa?

Jika si buta dapat memainkan alat musik tanpa dapat melihat dan hanya menggunakan perasaannya, jika si tuli dapat mendengar jeritan orang lain dengan hatinya, dan jika si timpang dapat berjalan dengan kursi rodanya, maka bila kita yang normal mata tapi tidak dapat melihat, punya telinga tapi tidak dapat mendengar, punya hati tapi tidak dapat merasa dan punya otak tapi tidak dapat berpikir untuk kebaikan sesama, maka dengan apakah kita sebut diri kita? Aku hanya berharap bahwa ketika membaca renungan hari ini, kita disadarkan akan ketidak mampuan dan ketidak-relaan kita untuk menggunakan semua pemberian Tuhan itu dengan baik dan semestinya, dan membangun sebuah pertobatan batin yang sungguh. Baiklah hari ini kita sadar akan sikap dan tingka laku kita yang salah bahkan yang telah membawa kita kepada dosa itu, lalu mau menggunakannya untuk memuji Sang Khalik dan membantu sesama yang membutuhkan uluran tangan dan belaian kasih kita.

Salam seorang sahabat untuk para sahabat,

Romo Inno

Tidak ada komentar:

Posting Komentar