Rabu, 07 September 2011

Renungan Pagi: "ANTARA HEBAT DAN HEBOH"


  • Kamis, 8 September 2011
    Pesta Kelahiran Bunda Maria
    Mat.1 : 1 – 16, 18 - 23

    Renungan kita pagi ini fokus pada apa yang tertulis di ayat 19; “Karena Yusuf, suaminya seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama istrinya di depan umum, ia bermaksud menceraikannya diam-diam.”

    Menjadi pengalaman yang menyakitkan ketika Yesuf mendapati Maria, tunangannya telah mengandung, dan pikiran manusia Yusuf pasti mengatakan bahwa Maria telah berselingkuh dengan pria lain. Situasi ini pasti mendatangkan kekecewaan bahkan kemarahan yang luar biasa. Anehnya, Yusuf tidak mau menggembar-gemborkan dosa dan kesalahan Maria, tunangannya di depan umum (kepada orang lain). Bagi Yusuf, cinta adalah cinta. Cinta tidak boleh berubah menjadi benci dan kemarahan. Biarlah itu menjadi tanggungan Maria jika memang ia tidak setia dan telah mengkhianatinya, tapi untuk Yusuf, cinta sejati harus diberikan secara tulus, dan bukti cinta sejati itu adalah “pengorbanan diri.”

    Sekarang kita menerapkan isi ayat ini dalam kehidupan pertemanan atau suami-istri; Banyak orang tampil “hebat” di luar rumah, senyum pepsodent kepada istri/suami, anak dan orang lain, tapi mereka berlaku “heboh” kepada istri/suami dan anak-anak sendiri di dalam rumah. Dengan kata lain, banyak orang berlaku seperti domba jinak di luar rumah tapi menjadi singa yang mengaum-ngaum mencari mangsa di dalam rumah sendiri. Demikian pun ada yang merasa puas jika kesalahan teman, suami/istri diketehui umum daripada dirahasiakan dan direnungkan demi kebaikan mereka.

    Teladan Yusuf memberi harapan bahwa masih ada dan pasti ada diantara kita yang masih dapat berlaku tulus seperti Yusuf di zaman ini. Ini bukan soal “ada-tidaknya kemampuan” di dalam dirimu, melainkan masalah “rela-tidaknya seseorang untuk berbuat” sesuatu kepada orang lain seperti Yusuf.

    Semoga saja, lewat bacaan hari ini, kita belajar untuk menjadi “hebat” bukan saja di luar rumah, tapi harus dimulai dari dalam rumah sendiri; bukan saja kelembutan diberikan kepada suami/istri dan orang-orang lain di luar rumah, tapi terlebih harus dimulai dengan kerelaan untuk memberi kelembutan dan kehangatan bagi mereka yang ada di dalam rumah kita sendiri; suami/istri dan anak-anakmu. Biarlah cahaya sinar lilin kejujuran dan ketulusan itu Anda nyalakan pertama-tama di rumah sendiri, di dalam hati sendiri, dan percayalah bahwa sinar itu akan terberi sendiri kepada setiap mata yang melihatmu, setiap telinga yang mendengarmu dan setiap hati yang merasakan kehangatan kehadiranmu. Anda pasti bisa!


    Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,

    ***Duc in Altum***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar