Kamis, 10 Maret 2011
Luk 9:22-25
“Yesus, bisakah aku mengikuti-Mu tanpa salib di pundakku?”
...
Kemarin terbaca ejekan seorang perusuh (itulah istilah dari teman-teman yang melaporkan jika ada orang yang masuk ke GK (Gereja Katolik dunia maya) dan menulis sesuatu yang bertentangan dengan iman Katolik. Izinkanlah saya mengutip kembali tanpa ada maksud untuk ikut membenarkan ejekannya. Katanya; “Jika salib adalah jembatan antara neraka dan surga, maka hati-hatilah bila melintas di atasnya, jangan sampai kepalaku terinjak.” Jika ada orang Kristen yang tersinggung, maka aku malah bersyukur karena Yesus mau mengingatkanku lewat kebodohan saudara yang menulis kata-kata ini di statusnya. Ia mengingatkan aku dari kebodohannya bahwa memang salib penting tapi sayangnya ia menempatkan salib dari ujung yang salah ke ujung yang benar. Ia melihat salib sebagai sebuah benda belaka buatan tangan manusia yang bisahancur karena termakan usia atau karena perbuatan orang. Ia lupa bahwa salib sesungguhnya harus ditempatkan dalam hati, dan bukan sekedar di dada atau menjadi monument di tempat-tempat umum. Hancurkanlah salib-salib seperti itu, agar puing-puingnya mengokohkan salib indah nan kuat di dalam jiwaku.
Jika hari ini Yesus berbicara tentang syarat-syarat mengikuti Dia; menyangkal diri, memikul salib, bahkan sampai harus kehilangan nyawa, maka tentunya fokus hati dan pikiran tertuju pada “penderitaan” yang harus kita tanggung sebagai orang Kristen. Anehnya, banyak orang ingin menjadi orang Kristen tanpa derita, atau pun kalau derita itu datang menerpa maka biarlah ia cepat berlalu. Aku mau tanya kepadamu sebagai saudaraku; jika semua orang ingin menolaknya, lalu siapa yang mau memikulnya? Tapi tolong renungkanlah yang satu ini; “Jika dengan tanda ini engkau akan menang, akan tetapi engkau tidak mau memikul tanda itu, apakah Yesus akan mengenalmu kelak? Soalnya Ia hanya memasukan orang ke dalam kerajaan-Nya bila Ia melihat tanda itu. Seperti layaknya Anda masuk bioskop atau stadion dengan sebuah tiket maka salib adalah tiket untuk masuk ke Kerajaan Yesus. Ini nampaknya hal yang sepeleh, tapi apa yang mau saya katakana untuk direnungkan adalah kesiap sediaan kita untuk memikul salib bukan hanya sewaktu-waktu tapi setiap hari, demikian kata Yesus. Ia sendiri menunjukkan bahwa hanya dengan kerelaan-Nya untuk memanggul salib cemoohan, penolakan, ejekan, bahkan salib kayu di pundak-Nya, kemenangan kebangkitan diraih-Nya demi keselamatan saudara dan aku. Hanya sekedar mengingatkanmu bahwa salib (penderitaan) adalah kesenangan jiwa orang-orang kudus dan martir. Rasanya jiwa mereka tidak tenang kembali kepada Sang Khalik jika derita tidak pernah mereka alami.
Aspek lain, yang mau direnungkan adalah apa yang saat ini dikejar oleh orang-orang modern; harta, uang dan jabatan. Apakah ada yang salah? Tentunya tidak! Mengapa? Karena Yesus ingin agar kita pun hidup layaknya sebagai manusia dengan semuanya itu dengan catatan bahwa semuanya kita raih dengan cara yang halal. Apa yang Yesus minta adalah kalau Anda tidak rela “membuat tempat dan waktu khusus di hatimu, maka biarlah engkau menyisikan sedikit saja waktu di hidupmu untuk-Nya. Untuk yang tersisa seperti ini pun Ia akan tersenyum menerimanya. Tapi ingatlah akan sabda-Nya yang satu ini; “Carilah dulu Kerajaan Allah dan kebenarannya dan semua yang lain akan ditambahkan kepadamu.” Kadang kita berbuat yang terbalik; Cari semua yang lain sehingga tidak ada tempat lagi bagi-Nya untuk bersemayam di hati kita. Apa artinya Anda mendapatkan semua hal tapi kehilangan jiwamu? Tapi banyak kali kita mau kehilangan Yesus demi mendapatkan semuanya yang akan tak satu pun kita bawa dalam peristiwa kematian. Kiranya ini menjadi inspirasi bagimu; Ketika Muder Teresa dari Kalkuta mengunjungi bapa Kardinal Manila di kediamananya, sekretaris kardinal mengatakan kepada Muder Teresa; Mohon, tunggu sebentar, kardinal akan datang dalam waktu yang singkat. Muder Teresa menjawabnya; Yesus lebih utama. Tunjukkanlah kapel kardinal kepadaku agar aku bisa bertemu Yesus sebelum berbicara dengan bapa kardinal.
Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,
Rinnong
Luk 9:22-25
“Yesus, bisakah aku mengikuti-Mu tanpa salib di pundakku?”
...
Kemarin terbaca ejekan seorang perusuh (itulah istilah dari teman-teman yang melaporkan jika ada orang yang masuk ke GK (Gereja Katolik dunia maya) dan menulis sesuatu yang bertentangan dengan iman Katolik. Izinkanlah saya mengutip kembali tanpa ada maksud untuk ikut membenarkan ejekannya. Katanya; “Jika salib adalah jembatan antara neraka dan surga, maka hati-hatilah bila melintas di atasnya, jangan sampai kepalaku terinjak.” Jika ada orang Kristen yang tersinggung, maka aku malah bersyukur karena Yesus mau mengingatkanku lewat kebodohan saudara yang menulis kata-kata ini di statusnya. Ia mengingatkan aku dari kebodohannya bahwa memang salib penting tapi sayangnya ia menempatkan salib dari ujung yang salah ke ujung yang benar. Ia melihat salib sebagai sebuah benda belaka buatan tangan manusia yang bisahancur karena termakan usia atau karena perbuatan orang. Ia lupa bahwa salib sesungguhnya harus ditempatkan dalam hati, dan bukan sekedar di dada atau menjadi monument di tempat-tempat umum. Hancurkanlah salib-salib seperti itu, agar puing-puingnya mengokohkan salib indah nan kuat di dalam jiwaku.
Jika hari ini Yesus berbicara tentang syarat-syarat mengikuti Dia; menyangkal diri, memikul salib, bahkan sampai harus kehilangan nyawa, maka tentunya fokus hati dan pikiran tertuju pada “penderitaan” yang harus kita tanggung sebagai orang Kristen. Anehnya, banyak orang ingin menjadi orang Kristen tanpa derita, atau pun kalau derita itu datang menerpa maka biarlah ia cepat berlalu. Aku mau tanya kepadamu sebagai saudaraku; jika semua orang ingin menolaknya, lalu siapa yang mau memikulnya? Tapi tolong renungkanlah yang satu ini; “Jika dengan tanda ini engkau akan menang, akan tetapi engkau tidak mau memikul tanda itu, apakah Yesus akan mengenalmu kelak? Soalnya Ia hanya memasukan orang ke dalam kerajaan-Nya bila Ia melihat tanda itu. Seperti layaknya Anda masuk bioskop atau stadion dengan sebuah tiket maka salib adalah tiket untuk masuk ke Kerajaan Yesus. Ini nampaknya hal yang sepeleh, tapi apa yang mau saya katakana untuk direnungkan adalah kesiap sediaan kita untuk memikul salib bukan hanya sewaktu-waktu tapi setiap hari, demikian kata Yesus. Ia sendiri menunjukkan bahwa hanya dengan kerelaan-Nya untuk memanggul salib cemoohan, penolakan, ejekan, bahkan salib kayu di pundak-Nya, kemenangan kebangkitan diraih-Nya demi keselamatan saudara dan aku. Hanya sekedar mengingatkanmu bahwa salib (penderitaan) adalah kesenangan jiwa orang-orang kudus dan martir. Rasanya jiwa mereka tidak tenang kembali kepada Sang Khalik jika derita tidak pernah mereka alami.
Aspek lain, yang mau direnungkan adalah apa yang saat ini dikejar oleh orang-orang modern; harta, uang dan jabatan. Apakah ada yang salah? Tentunya tidak! Mengapa? Karena Yesus ingin agar kita pun hidup layaknya sebagai manusia dengan semuanya itu dengan catatan bahwa semuanya kita raih dengan cara yang halal. Apa yang Yesus minta adalah kalau Anda tidak rela “membuat tempat dan waktu khusus di hatimu, maka biarlah engkau menyisikan sedikit saja waktu di hidupmu untuk-Nya. Untuk yang tersisa seperti ini pun Ia akan tersenyum menerimanya. Tapi ingatlah akan sabda-Nya yang satu ini; “Carilah dulu Kerajaan Allah dan kebenarannya dan semua yang lain akan ditambahkan kepadamu.” Kadang kita berbuat yang terbalik; Cari semua yang lain sehingga tidak ada tempat lagi bagi-Nya untuk bersemayam di hati kita. Apa artinya Anda mendapatkan semua hal tapi kehilangan jiwamu? Tapi banyak kali kita mau kehilangan Yesus demi mendapatkan semuanya yang akan tak satu pun kita bawa dalam peristiwa kematian. Kiranya ini menjadi inspirasi bagimu; Ketika Muder Teresa dari Kalkuta mengunjungi bapa Kardinal Manila di kediamananya, sekretaris kardinal mengatakan kepada Muder Teresa; Mohon, tunggu sebentar, kardinal akan datang dalam waktu yang singkat. Muder Teresa menjawabnya; Yesus lebih utama. Tunjukkanlah kapel kardinal kepadaku agar aku bisa bertemu Yesus sebelum berbicara dengan bapa kardinal.
Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,
Rinnong
Tidak ada komentar:
Posting Komentar