Kamis, 07 Juli 2011

RENUNGAN PAGI: "SUNGGUH, IA SEDANG MENANTIMU"


Rabu, 23 Maret 2011
Mat 20:17-28


“Dalam sebuah pertandingan manusia menilai sang juara dari kecepatan, ketangkasan dan kepintaran, tetapi Allah hanya menilai dari partisipasimu.”
...

          Areal pertandingan itu dipenuhi oleh ribuan orang, terutama ibu-ibu yang anaknya sedang mengikuti perlombaan lari. Yang membuat spesial hari itu bukan terletak pada pertandingannya melainkan pada mereka yang berpartisipasi dalam pertandingan itu. Mereka adalah anak-anak yang menderita penyakit autistic. Para ibu sungguh menahan haru ketika menghantar anak-anak mereka ke gelandang pertandingan sambil berharap bahwa anaknya akan mendapatkan juara dalam pertandingan hari itu. Bukankah seorang ibu selalu mengharapkan yang terbaik bagi anaknya seperti ibu anak-anak Zebedues, Yohanes dan Yakobus? Segera setelah pistol dibunyikan, anak-anak peserta lomba mulai berlari menuju garis finis. Tepukan tangan dan sorak-sorai mengiringi setiap langkah kaki anak-anak itu sementara para ibu tetap berharap cemas bahwa tidak akan terjadi sesuatu yang aneh pada anak-anak mereka. Sesaat kemudian...prak! Seorang anak peserta lomba terjatuh dengan muka menghadap tanah. Semua penonton berhenti bertepuk tangan, aroma kecemasan mulai merasuki setiap hati dan mata yang memandang sambil berharap cemas semoga tidak terjadi sesuatu yang lebih parah terhadap anak itu. Melihat temannya yang sedang terjerembab ke tanah, teman-temannya peserta lomba yang lain menghentikan langkah lari mereka. Apa yang terjadi? Mereka mengangkat teman yang jatuh dan sambil memapahnya mereka berlari perlahan dan menyentuh garis finis bersama-sama. Anda bisa membayangkan kebingungkan panita untuk menentukan siapa sang juara dalam perlombaan itu kan?

            Saudaraku, berapa orang tua dari kita yang mengharapkan agar anaknya menjadi juara dalam lomba? Menjadi yang pintar di kelas? Menjadi nomor satu di antara teman-temannya? Tentunya tidak ada yang salah dari keinginan seperti itu. Tapi, sebagai saudaramu aku hanya datang untuk mengingatkanmu bahwa yang nomor satu hanyalah satu orang saja dan tentunya tempatnya selalu di puncak. Bila tidak hati-hati maka inilah yang akan dialami; mereka menjadi terkenal di dunia, tetapi merasa terasing dari teman-teman sekitarnya, bahkan mereka yang berkorban baginya untuk mencapai puncak tertinggi. Misalnya; Barak Obama boleh terkenal di dunia sebagai presiden Amerika, tetapi apakah lalu teman-teman semasa kecilnya merasa bebas bergaul dengannya? Mungkin iya, tapi setidak-tidaknya aturan kepresidenan membatasi gerak langkah mereka. Inilah alasannya mengapa ketika ibu Yohanes dan Yakobus meminta tempat terbaik bagi anak-anaknya, Yesus menjawab dengan sebuah kalimat indah; “Bila ingin menjadi besar, hendaklah engkau menjadi pelayan. Kalau ingin menjadi terkemuka, jadilah seorang hamba.” Bagi manusia, keunggulan seseorang terletak dari posisi dan jabatannya, dari keahlian dan ketangkasannya, tetapi bagi Yesus, melayani bahkan memiliki semangat seorang hamba tentunya  bukan hanya sebuah syarat melainkan sebuah nilai keutamaan yang harus dimiliki oleh para pengikut-Nya. Bagi manusia, yang menjadi juara dinilai dari urutannya, tetapi bagi Yesus partisipasi menjadi faktor utama. Oleh karena itu, di kamar pengakuan aku pun senang untuk memberikan nasehat ini; berapa pun nomor urutmu dalam proses pertobatan, satu hal yang indah dari pihak Tuhan yakni; “Ia akan selalu duduk di sana menantimu sampai peserta terakhir mencapai garis finis.” Dengan kata lain, kapan pun engkau mau datang pada-Nya, maka percayalah bahwa Tuhan selalu menantimu.

            Oleh karena itu, bila hari ini bacaan dari Matius diperdengarkan kepada kita, maka Yesus mau mengetuk pintu kesadaran hati kita untuk berjuang selalu mencapai garis finis perjuangan iman. Sebagai seorang saudara, aku mau meyakinkanmu bahwa mereka yang mampu mencapai garis finis dalam pertandingan iman  hanyalah mereka yang memiliki kekuatan pertobatan di dalam hati mereka. Tanpa pertobatan Anda akan berlari pada jalur yang salah  sehingga tidak mencapai garis finis di mana Tuhan sedang menantimu. Hidup adalah sebuah pertandingan lari dan betapa Tuhan memberi kesempatan yang sama kepada setiap orang untuk berlari mencapai garis finis. Baiklah di masa khusus ini, kita pun menimbah pertobatan sebagai semangat dan daya kekuatan yang membuat kita mencapai garis finis. Cuma mengingatkanmu sebagai saudaraku; rasanya kita hanya bisa berlari di saat hidup masih terberi. Apa yang terjadi bila hidupmu sudah terambil dari padamu? Apa yang Anda tanam itulah yang akan Anda tuai. Masakan Anda tidak pernah menanam tapi meminta dari Tuhan untuk makan dari buah tanaman orang lain? Setiap orang memakan buah dari pohon yang dia tanam. Sekali lagi kubisikan kepadamu sebagai saudaraku; “Jika hidup masih terberi maka itulah tandanya bahwa Allah masih memberi kesempatan kepadamu untuk berlari dan menanam.” Gunankanlah kesempatan ini untuk meraih apa yang diinginkan Tuhan. Ingatlah, “Dia telah memberi nyawa bagi saudara dan aku untuk menjadi kekuatan bagi kita berjuang mencapai garis finis pertandingan iman.”


Salam seorang sahabat untuk para sahabat,

***Duc in Altum***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar