Inno Ngutra
Mrk 8: 27-33
Kamis, 17 Februari 2011
...
“Ia rela menjadi sahabat bagi saudara dan aku ketika Ia mengorbankan nyawa untuk kita. Apakah kita pun layak disebut sahabat-Nya”
Kadang kita pun harus terbuka mata dan hati untuk mengakui kebenaran dari pendapat orang lain ketika mereka bertanya kepada kita suatu waktu; “Sudahkah engkau menjadikan Yesus menjadi penyelamat pribadimu?” Ya, mungkin mereka secara sederhana ingin mengajak kita untuk benar-benar percaya kepada Yesus dan menggantungkan segala harapan kita kepada-Nya. Namun, baiklah kita di pagi ini bermenung jauh dan dalam tentang bagaimana menjadi sahabat jiwa dari Yesus. Intinya, kita menguji kedalaman relasi pribadi kita dengan Yesus.
Injil hari ini menampilkan pertanyaan Yesus kepada mereka yang telah dipanggil untuk hidup bersama-Nya untuk beberapa waktu lamannya, tentang siapakah Dia menurut kata orang? Dari apa yang umum, lalu Yesus masuk pada ranah pribadi di mana Yesus ingin mengetahui sejauh manakah pengenalan setiap pribadi terhadap Diri-Nya dengan bertanya; Tapi, apa katamu, siapakah Aku ini?”
Inti permenungan kita pagi ini menjadi sangat sederhana dalam perumusan tapi mendalam dalam pemaknaan. Setiap orang pagi ini hendaknya bertanya diri; “Siapkah Yesus bagiku?” Mendapatkan pengetahuan tentang siapakah Yesus dari ajaran Gereja, dari orang tua, guru dan teman tentunya sangat membantu kita dalam proses pengenalan terhadap Yesus, tapi baiklah kita syukuri semuanya itu dan masuk ke tahap yang lebih mendalam dengan bertanya; Dari semua bantuan itu, apakah aku mempunyai gambaran sendiri tentang siapakah Yesus? Contohnya; jika Yesus adalah seorang Bapa bagimu maka relasimu adalah soal keseganan diiringi canda ria yang tak berlebihan dengan-Nya karena figur-Nya sebagai seorang bapa. Yang lain melihat-Nya sebagai seorang teman akrab di mana canda tawa dan sharing menjadi bagian terpenting dalam relasi mereka. Intinya gambaran tentang siapakah Yesus bagimu sangat mempengaruhi cara Anda berelasi dengan-Nya.
Hanya mau mengingatkanmu sebagai saudaraku bahwa jika selama ini Anda telah mengenal Yesus dari buku dan pelajaran di sekolah, dari ajaran Gereja dan orang lain, maka baiklah pagi ini Anda bertanya diri; Apakah Aku mempunyai relasi pribadi dengan Yesus? Relasi pribadi ini hanya bisa dilakukan jika ada pertemuan rutin dengan Dia lewat doa. Banyak orang dapat berbicara tentang Yesus dari apa yang mereka ketahui, dari buku-buku yang mereka pelajari dan baca, tapi cuma sedikit yang mampu berbicara tentang Dia dari pengalaman pribadi mereka dengan-Nya, dan ini hanya bisa terjadi jika Anda memiliki relasi pribadi dengan Yesus dalam doa yang rutin. Mungkin bagi yang lain relasi ini harus dibuat dalam kekhusyukan doa, di ruangan yang tenang dan cuma diterangi cahaya lilin. Yang lain lewat meditasi dan rekoleksi/retret. Tapi bagiku, di mana pun aku berada dan kemana pun aku pergi tapi kesadaran bahwa Yesus selalu bersamaku adalah bukan cuma sebuah ungkapan batin yang berdoa tapi itulah kualitas relasi pribadiku dengan-Nya. Terima kasih Yesus, karena Engkau mau menjadi sahabat akrab jiwaku. Semoga aku pun rela menjadi sahabat-Mu untuk selamanya.
Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,
Romo Inno
Mrk 8: 27-33
Kamis, 17 Februari 2011
...
“Ia rela menjadi sahabat bagi saudara dan aku ketika Ia mengorbankan nyawa untuk kita. Apakah kita pun layak disebut sahabat-Nya”
Kadang kita pun harus terbuka mata dan hati untuk mengakui kebenaran dari pendapat orang lain ketika mereka bertanya kepada kita suatu waktu; “Sudahkah engkau menjadikan Yesus menjadi penyelamat pribadimu?” Ya, mungkin mereka secara sederhana ingin mengajak kita untuk benar-benar percaya kepada Yesus dan menggantungkan segala harapan kita kepada-Nya. Namun, baiklah kita di pagi ini bermenung jauh dan dalam tentang bagaimana menjadi sahabat jiwa dari Yesus. Intinya, kita menguji kedalaman relasi pribadi kita dengan Yesus.
Injil hari ini menampilkan pertanyaan Yesus kepada mereka yang telah dipanggil untuk hidup bersama-Nya untuk beberapa waktu lamannya, tentang siapakah Dia menurut kata orang? Dari apa yang umum, lalu Yesus masuk pada ranah pribadi di mana Yesus ingin mengetahui sejauh manakah pengenalan setiap pribadi terhadap Diri-Nya dengan bertanya; Tapi, apa katamu, siapakah Aku ini?”
Inti permenungan kita pagi ini menjadi sangat sederhana dalam perumusan tapi mendalam dalam pemaknaan. Setiap orang pagi ini hendaknya bertanya diri; “Siapkah Yesus bagiku?” Mendapatkan pengetahuan tentang siapakah Yesus dari ajaran Gereja, dari orang tua, guru dan teman tentunya sangat membantu kita dalam proses pengenalan terhadap Yesus, tapi baiklah kita syukuri semuanya itu dan masuk ke tahap yang lebih mendalam dengan bertanya; Dari semua bantuan itu, apakah aku mempunyai gambaran sendiri tentang siapakah Yesus? Contohnya; jika Yesus adalah seorang Bapa bagimu maka relasimu adalah soal keseganan diiringi canda ria yang tak berlebihan dengan-Nya karena figur-Nya sebagai seorang bapa. Yang lain melihat-Nya sebagai seorang teman akrab di mana canda tawa dan sharing menjadi bagian terpenting dalam relasi mereka. Intinya gambaran tentang siapakah Yesus bagimu sangat mempengaruhi cara Anda berelasi dengan-Nya.
Hanya mau mengingatkanmu sebagai saudaraku bahwa jika selama ini Anda telah mengenal Yesus dari buku dan pelajaran di sekolah, dari ajaran Gereja dan orang lain, maka baiklah pagi ini Anda bertanya diri; Apakah Aku mempunyai relasi pribadi dengan Yesus? Relasi pribadi ini hanya bisa dilakukan jika ada pertemuan rutin dengan Dia lewat doa. Banyak orang dapat berbicara tentang Yesus dari apa yang mereka ketahui, dari buku-buku yang mereka pelajari dan baca, tapi cuma sedikit yang mampu berbicara tentang Dia dari pengalaman pribadi mereka dengan-Nya, dan ini hanya bisa terjadi jika Anda memiliki relasi pribadi dengan Yesus dalam doa yang rutin. Mungkin bagi yang lain relasi ini harus dibuat dalam kekhusyukan doa, di ruangan yang tenang dan cuma diterangi cahaya lilin. Yang lain lewat meditasi dan rekoleksi/retret. Tapi bagiku, di mana pun aku berada dan kemana pun aku pergi tapi kesadaran bahwa Yesus selalu bersamaku adalah bukan cuma sebuah ungkapan batin yang berdoa tapi itulah kualitas relasi pribadiku dengan-Nya. Terima kasih Yesus, karena Engkau mau menjadi sahabat akrab jiwaku. Semoga aku pun rela menjadi sahabat-Mu untuk selamanya.
Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,
Romo Inno
Tidak ada komentar:
Posting Komentar