Kamis, 07 Juli 2011

RENUNGAN PAGI: "KAPAN MUJIZATMU NYATA DALAM HIDUPKU?"


Jumat, 4 Maret 2011
Mrk.11:1-25

“Manusia tidak mengalami mujizat 
karena terlalu menganggap remeh peristiwa harian hidupnya”
...
Membaca Kitab Suci setiap saat tentang bagaimana Yesus membuat mujizat kepada orang-orang di zaman-Nya, sungguh membangkitkan hasrat yang besar untuk suatu ketika kalau bisa Tuhan izinkan aku untuk mengalaminya mujizat-Nya secara nyata. Akan tetapi, umurku semakin bertambah senja, dan rasanya mujizat yang kudambakan itu belum juga kualami secara nyata. Demikianlah sharing seorang ibu kepadaku. Menahan nafas sesaat karena sedikit keheranan, lalu aku menjawabnya; “Ibu, wah, kalau begitu aku adalah manusia yang paling beruntung.” Mau tahu kenapa? Karena aku mendapatkan mujizat Tuhan setiap hari. Ia menjawabku; masa iya sih, romo? Menangkap adanya keinginan besar ibu ini untuk mengetahui mengapa aku mengalami mujizat setiap hari, aku bertanya kepadanya; Menurut ibu, apa itu mujizat? Ia lalu menuturkan; Ya, seperti yang dialami oleh orang-orang di zaman Yesus dulu; yang timpang bisa berjalan; yang buta bisa melihat, yang tuli bisa mendengar; yang mati bisa bangkit; roti dan ikan diperbanyak, air menjadi anggur, pohon ara terkutut dan mati, beragam mujizat lainnya seperti yang aku baca dalam Kitab Suci. Aku pun mengharapkan bahwa mujizat-Nya menjadi nyata ketika suamiku yang sakit saat ini bisa sembuh total. Bertahun-tahun aku meminta dan memohon tapi Tuhan diam saja, dan mujizat-Nya tak pernah terjadi dalam hidupku. Agar tidak mengecewakannya, aku berkata kepadanya; Ibu, kalau begitu, pulanglah dulu hari ini dan esok “bila ibu masih hidup,” tolong datanglah dan kita akan melanjutkan pembicaraan kita.

Banyak orang merindukan di zaman ini untuk melihat mujizat dan tak pelak lagi mereka mencari dalam KKR atau kebangungan rohani yang gegap gempita dengan teriakan dasyat dan musik menggelegar, yang akhirnya menyembuhkan banyak orang. Tanpa membatasi karya Roh Kudus dalam doa-doa seperti itu, aku hanya mau mengatakan yang ini kepadamu sebagai saudaraku, bahwa banyak orang mempunyai persepsi yang salah tentang mujizat. Bagi mereka, mujizat itu terjadi bila dengan uang seribu rupiah yang digunakan untuk membuat membeli kupon berhadiah, mereka bisa mendapatkan ratusan juta, mobil mewah atau rumah baru. Mujizat terjadi jika istri/suami yang sakit tiba-tiba sembuh total dari penyakit mereka, dan harapan-harapan menggunung lainnya, yang kadang kalau tidak tergapai bisa memperlemah iman mereka.

Hari ini Injil memberikan contoh bagus kepada kita bagaimana kita bisa mendapatkan mujizat dalam hidup kita. Yesus memberikan syarat, yakni iman. Jika engkau memiliki iman yang kuat kokoh, engkau dapat memindahkan pohon atau gunung ini. Jika engkau berdoa dan percaya bahwa itu akan Anda terima maka itu akan terjadi padamu. Pasti engkau akan bertanya padaku; Romo, bukankah aku telah berdoa dan berdoa, memohon dan memohon tapi rasanya mujizat itu masih jauh dariku seperti cerita ibu di atas? Dan, aku akan menjawabmu; sebagian orang terlalu fokus pada mujizatnya dan kapan terjadi dan dalam bentuk apa, dan lupa memperhatikan syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan mujizat itu sendiri; sebagian lain menganggap hidup dan peristiwa harian hidupnya terlalu biasa dan kecil sehingga tidak mampu bersyukur bahwa ketika hari ini aku masih hidup adalah sebuah mujizat, ketika anak-anak dapat bersekolah dan sehat walafiat adalah mujizat. Pokoknya, bagi sebagian besar orang; yang kecil dan biasa/rutin itu bukan mujizat. Sesuatu hanya bisa disebut mujizat bila terjadi peristiwa besar dalam hidup. Wow, otak kita mendambakan sesuatu yang gegap gempita terjadi dalam hidup sehingga lupa memaknai peristiwa harian sebagai mujizat dalam hidup.

Inilah kebenarannya saudaraku; Tuhan memerlukan lima roti dan dua ikan dari seorang anak untuk melakukan mujizat perbanyakan roti; Tuhan menggunakan air dalam tempayan untuk mengubahnya menjadi anggur; Bartimeus haru berjalan kepada Yesus agar bisa disembuhkan; perempuan yang sakit pendarahan harus berjuang menyentuh jumbai jubah Yesus untuk mendapatkan kesembuhan; perwira itu harus meninggalkan rumahnya dan datang kepada Yesus sehingga hambanya disembuhkan, dan beragam contoh lagi di mana Yesus membutuhkan pertisipasimu untuk membuat mujizat di zaman ini. Mujizat bukanlah sebuah sulap atau tipuan mata, melainkan sebuah kenyataan hidup yang hanya bisa berubah karena partisipasimu. Tuhan memerlukan sedikit uangmu untuk membuat mujizat dalam hidup mereka yang lapar; Tuhan memerlukan kehadiranmu untuk mendatangkan mujizat bagi yang sementara sakit ketika engkau mengunjunginya; Tuhan memerlukan kata-katamu untuk membuat mujizat dalam hidup mereka yang berputus-asa. Intinya, tanpa bantuamu mujizat itu sendiri tidak mungkin terjadi. Engkau mungkin akan menjawabku; Bukankah Tuhan itu mahakuasa, yang hanya bisa bersabda saja dan semuanya akan terjadi? Benar! Akan tetapi, mau tahu kenapa Tuhan memerlukanmu? Bukan karena Ia lemah atau tidak mampu. Ia memerlukanmu karena Ia sungguh menghargaimu. Ia memerlukanmu karena memang ketika engkau berpartisipasi dalam sebuah mujizat maka hidup dan dirimu terasa berarti.

Akhirnya, aku mau mengatakan nasehat ini untukmu; “Manusia berkata kepada Tuhan; Tuhan, jika Engkau mau melakukan saja satu mujizat dalam hidupku, maka aku akan percaya kepada-Mu sepanjang hidupku. Tuhan akan menjawabmu; Jika engkau percaya sedikit saja lebih dari biasanya maka mujizat-Ku akan menjadi nyata dalam hidupmu.” Dengan kata lain, manusia membutuhkan mujizat untuk percaya, tapi sebalilknya, Tuhan membutuhkan imanmu untuk mendatangkan mujizat. Karena itu, sebelum engkau dapat memindahkan pohon atau gunung itu, alangkah baiknya jika engkau mengeluarkan balok di matamu untuk dapat melihat di mana pohon dan gunung itu berada.


Salam seorang sahabat untuk para sahabat,

Rinnong

Tidak ada komentar:

Posting Komentar