Kamis, 07 Juli 2011

RENUNGAN PAGI: "CAHAYA JIWA ORANG JUJUR"


Senin, 8 Maret 2011
Mrk 12:13-17


“Kejujuran adalah cahaya jiwa.
... Ketika jiwa bersinar maka cahayanya akan membuat tubuh
bagaikan lilin di tengah kegelapan.”


          Mungkin naïf untuk mengatakan seperti ini: “banyak orang Katolik masih hidup dalam bayangan masa lalu, di mana pendapat umum melebelkan orang-orang Katolik sebagai orang-orang yang jujur, benar dan adil.” Meskipun demikian, tak dapat disangkal juga bahwa ada di antara saudara-saudara kita masih mempertahankan nilai-nilai kejujuran dan kebenaran di dalam hidup mereka, di dalam lingkungan kerja mereka, dan bahkan di dalam keluarga mereka. Kita semua berharap bahwa kenangan masa lalu itu selalu menjadi sebuah kekuatan yang mendorong  kita untuk hidup dengan lebih baik di masa sekarang ini.

            Renungan pagi ini kiranya berdasar pada beberapa kata ini ketika dalam kepura-puraan orang-orang Farisi dan Herodian datang kepada Yesus untuk mencobainya; “Guru, kami tahu Engkau orang jujur, dan Engkau tidak pernah takut kepada siapa pun.” Gaya hidup Yesus pada zaman-Nya menampakkan sesuatu yang lain dari kebanyakan orang Farisi dan Ahli Taurat Yahudi. Kejujuran-Nya membuat banyak orang terpesona, walaupun ini menjadi alasan kebencian banyak orang kepada Yesus pada zaman-Nya. Kejujuran membuka tabir-tabir kebohongan. Kejujuran mengalir menembus tembok keangkuhan dan keberdosaan. Kejujuran bagaikan lilin yang bernyala di tengah gelap gulita, walaupun resiko tertiup angin bahkan sampai padam selalu diterimanya. Bertahannya Yesus dalam hidup dengan kejujuran, kebenaran, keadilan dan kesucian hidup-Nya dalam kata dan tindakan, di satu pihak menjadi cermin bagi semua orang untuk melihat dan mengevaluasi hidup mereka, namun di lain pihak, menjadi ganjalan dan batu sandungan bagi sebagian orang yang hidup tidak jujur, bahkan karena alasan inilah fitnah diterima-Nya, penolakan didapatkan, dan akhirnya berpuncak pada tersalibnya Yesus di bukit Golgota.

            Jika hari ini saya menghantar Anda sekalian untuk merenungkan nilai kejujuran, maka saya mau mengatakan bahwa “kejujuran bukan sesuatu yang ada di luar dirimu; bukan juga sesuatu yang tergantung tinggi di langit, atau di dunia orang lain, melainkan kejujuran adalah nilai dasar hidup manusia yang tertanam dalam diri setiap orang.” Kejujuran adalah tanaman jiwa yang musti ditumbuh-kembangkan dalam sikap dan tingka laku hidup setiap hari. Menyembunyikan kejujuran bahka berusaha untuk memadamkan dan mematikan nilai kejujuran adalah tindakan membawa hidupmu pada jurang kehancuran dan dosa. Mungkin saat ini kita bertanya diri; “Berapa rumah tangga menjadi hancur  bahkan sampai bercerai hanya karena kejujuran telah dimatikan dan diganti dengan kebohongan terhadap pasangannya? Berapa romo atau suster yang telah meninggalkan imamat dan panggilannya hanya karena mereka menekan bahkan mengkhianati gejolak jiwa mereka untuk hidup jujur di hadapan Tuhan dan sesama?

            Oleh karena itu, waktu belum sampai ke tapal batas untuk sebuah pertobatan demi mendapatkan pengampunan. Tuhan tidak pernah memperhitungkan kapan dan di mana engkau mau berbalik kepada-Nya dengan hidup jujur dan benar. Ia tak pernah bertanya kepadamu, berapa nomor urutmu. Bagi-Nya, kehadiranmu kapan dan di mana pun dan dalam nomor urut apa pun selalu diterimanya dengan lapang dada. Bukankah Ia membayar yang bekerja terakhir sore hari sama dengan yang masuk bekerja pada pagi hari? Allah sedang menantimu, kawan. Gerbang pertobatan akan dibuka secara resmi esok dalam peristiwa Rabu Abu. Meskipun gerbang itu terlihat oleh banyak orang, tapi kadang jiwa-jiwa mengabaikannya. Karena itu, sebagai saudaramu, aku hanya mau mengajakmu untuk memasuki gerbang Kerahiman Ilahi yang terbuka lebar setiap saat dengan melakukan pertobatan jiwa. Kita diingatkan oleh Yesus lewat santa Faustina, rasul kerahiman ilahi, “Sebelum Aku menghukummu, Aku akan memberikan lagi kesempatan terakhir bagimu untuk selamat, yakni lewat Kerahiman Ilahi.” Semoga masa prapaskah yang sebentar lagi kita masuki menjadi kesempatan berahmat untuk merintis jalan pertobatan bagi jiwa kita masing-masing menuju kepada Sang Khalik.


Teriring salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,

Rinnong

Tidak ada komentar:

Posting Komentar