Minggu, 3 April, 2011
Yoh 9:1-41
“Mendapatkan makna dari sebuah peristiwa hidup;
... entah menyenangkan maupun tidak menyenangkan, bukan semata tergantung pada isi peristiwa itu, melainkan pada bagaimana kita bertanya tentangnya.”
Sadar atau tidak sadar yang ini pun masih hidup dan bergema kencang di dalam hati dan pikiran ketika sesuatu terjadi baik dalam hidup dan pengalaman orang lain maupun dalm dan pada diri sendiri; Anak itu tertabrak mobil karena orang tuanya pernah korupsi, keluarga itu tetap susah karena nenek moyang mereka adalah pembunuh, atau berapakah orang Katolik ikut berpendapat bahwa Tsunami di Aceh terjadi sebagai sebuah hukuman bagi saudara-saudari Muslim Indonesia? Bahkan lebih mengerikan lagi tercipta dalam hati pikiran orang beriman bahwa “Semuanya ini terjadi karena hukuman dari Allah.” Wow, sungguh hebat manusia itu. Mengapa? Bukan hanya mempersalahkan orang lain tapi Allah pun dipersalahkan atas kebodohan dan nafsunya yang tidak terkontrol. Allah disalahkan atas semua kemalangan yang terjadi dalam hidup manusia, tetapi anehnya, Ia pun dipuji atas semua peristiwa yang menyenangkan yang kita alami. Memang manusia hebat karena dosa-dosa kita seorang Yesus Yang tidak berdosa harus mati di kayu salib sebagai yang terhukum.
Pagi ini, lewat peristiwa penyembuhan si buta sejak lahirnya kita diajak untuk melihat dan memaknai setiap peristiwa secara lain dan baru. Di balik semua peristiwa hidup yang kita alami, kita belajar untuk mengakui bahwa “Allah kita bukanlah Allah Penghukum.” Walaupun sesuatu yang nampaknya sebagai hukuman dari-Nya maka Ia selalu menghukum dengan cinta kasih. Cinta selalu melandasi setiap tindakannya terhadap manusia. Pelajarannya sangat sederhana bahwa “Allah dapat berbicara kepada kita bahkan dalam hal-hal buruk yang terjadi dalam kehidupan kita.” Misalnya; Melalui banjir, Allah mengingatkan kita untuk tidak menebang pohon di hutan secara sembarangan. Melalui AIDS, Allah mau memperingatkan kita untuk setia dan menghormati kehidupan seksual manusia. Melalui panas global, Allah mengingatkan kita akan keikutsertaan kita untuk memelihara dunia; karena inilah satu-satunya yang kita punya sebagai tempat hunian. Intinya; “Segala sesuatu yang jahat tidak datang dari Allah.” Yang buruk dan jahat terjadi karena kita masing-masing tidak mampu mengontrol diri, nafsu dan keinginan kita dalam menggunakan semua yang Allah ciptakan dan bersabda; “Semuanya baik adanya.”
Karena itu, walaupun bacaan Injil hari ini sangat panjang dan tentunya terbuka banyak kemungkinan bagi masing-masing untuk memaknainya, tetapi bagiku pelajaran atau inti permenungannya singkat dan sederhana saja; “Bila terjadi sesuatu padamu, entah baik maupun buruk, maka bertanyalah; Bukan MENGAPA ini terjadi padaku atau itu terjadi pada orang lain, melainkan APA MAKSUD Allah di balik semuanya ini atau itu?” Kecenderungan untuk bertanya mengapa terhadap sesuatu akan membuat kita mencari sebab dan tindakan lanjutnya adalah mempersalahkan orang lain, diri bahkan Allah pun dilibatkan. Dengan kata lain ada kecenderungan untuk mempersalahkan sesuatu atau seseorang ketika kita bertanya mengapa. Sedangkan ketika Anda bertanya apa maksud Allah lewat peristiwa ini dalam hidup orang lain dan hidupku akan membuat Anda untuk lebih bertumbuh dalam hidup keberimananmu untuk tidak cenderung mempersalahkan sesuatu atau seseorang, malainkan memetik makna dari sebuah peristiwa. (Ini tentunya sangat beda dengan penyelesaian kasus per kasus dalam dunia peradilan yang memfokuskan pada pertanyaan mengapa, siapa yang melakukan ini atau itu)
Akhirnya, Ebiet, sang penyanyi lagu-lagu refleksif mengingatkan kita semua tentang sesuatu yang indah dalam lagunya; “Ini bukan suatu hukuman, melainkan hanya satu isyarat agar kita mesti banyak berbenah diri.” Ya, karena kalau kita kajih lebih jauh dan mendalam maka saudara dan akulah yang turut berpartisipasi dalam banyak peristiwa kehidupan yang terjadi baik dalam hidup orang lain maupun hidup kita sendiri. Kitalah pemain utama dalam drama kehidupan manusia di dunia ini. Karena itu, semoga lewat semua peristiwa yang terjadi di dalam hidup, kita bukannya mempersalahkan pihak lain, tapi semoga kita lebih berbenah diri untuk membuat hidup orang lain maupun hidup kita sendiri menjadi berkat bagi orang lain. Segala sesuatu yang terjadi di sekitar kita ada tujuan, manfaat dan maknanya. Sayangnya “banyak orang terfokus pada beratnya tindihan masalah daripada kasih Allah di balik setiap persoalan kehidupan.”
Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,
***Duc in Altum***
Yoh 9:1-41
“Mendapatkan makna dari sebuah peristiwa hidup;
... entah menyenangkan maupun tidak menyenangkan, bukan semata tergantung pada isi peristiwa itu, melainkan pada bagaimana kita bertanya tentangnya.”
Sadar atau tidak sadar yang ini pun masih hidup dan bergema kencang di dalam hati dan pikiran ketika sesuatu terjadi baik dalam hidup dan pengalaman orang lain maupun dalm dan pada diri sendiri; Anak itu tertabrak mobil karena orang tuanya pernah korupsi, keluarga itu tetap susah karena nenek moyang mereka adalah pembunuh, atau berapakah orang Katolik ikut berpendapat bahwa Tsunami di Aceh terjadi sebagai sebuah hukuman bagi saudara-saudari Muslim Indonesia? Bahkan lebih mengerikan lagi tercipta dalam hati pikiran orang beriman bahwa “Semuanya ini terjadi karena hukuman dari Allah.” Wow, sungguh hebat manusia itu. Mengapa? Bukan hanya mempersalahkan orang lain tapi Allah pun dipersalahkan atas kebodohan dan nafsunya yang tidak terkontrol. Allah disalahkan atas semua kemalangan yang terjadi dalam hidup manusia, tetapi anehnya, Ia pun dipuji atas semua peristiwa yang menyenangkan yang kita alami. Memang manusia hebat karena dosa-dosa kita seorang Yesus Yang tidak berdosa harus mati di kayu salib sebagai yang terhukum.
Pagi ini, lewat peristiwa penyembuhan si buta sejak lahirnya kita diajak untuk melihat dan memaknai setiap peristiwa secara lain dan baru. Di balik semua peristiwa hidup yang kita alami, kita belajar untuk mengakui bahwa “Allah kita bukanlah Allah Penghukum.” Walaupun sesuatu yang nampaknya sebagai hukuman dari-Nya maka Ia selalu menghukum dengan cinta kasih. Cinta selalu melandasi setiap tindakannya terhadap manusia. Pelajarannya sangat sederhana bahwa “Allah dapat berbicara kepada kita bahkan dalam hal-hal buruk yang terjadi dalam kehidupan kita.” Misalnya; Melalui banjir, Allah mengingatkan kita untuk tidak menebang pohon di hutan secara sembarangan. Melalui AIDS, Allah mau memperingatkan kita untuk setia dan menghormati kehidupan seksual manusia. Melalui panas global, Allah mengingatkan kita akan keikutsertaan kita untuk memelihara dunia; karena inilah satu-satunya yang kita punya sebagai tempat hunian. Intinya; “Segala sesuatu yang jahat tidak datang dari Allah.” Yang buruk dan jahat terjadi karena kita masing-masing tidak mampu mengontrol diri, nafsu dan keinginan kita dalam menggunakan semua yang Allah ciptakan dan bersabda; “Semuanya baik adanya.”
Karena itu, walaupun bacaan Injil hari ini sangat panjang dan tentunya terbuka banyak kemungkinan bagi masing-masing untuk memaknainya, tetapi bagiku pelajaran atau inti permenungannya singkat dan sederhana saja; “Bila terjadi sesuatu padamu, entah baik maupun buruk, maka bertanyalah; Bukan MENGAPA ini terjadi padaku atau itu terjadi pada orang lain, melainkan APA MAKSUD Allah di balik semuanya ini atau itu?” Kecenderungan untuk bertanya mengapa terhadap sesuatu akan membuat kita mencari sebab dan tindakan lanjutnya adalah mempersalahkan orang lain, diri bahkan Allah pun dilibatkan. Dengan kata lain ada kecenderungan untuk mempersalahkan sesuatu atau seseorang ketika kita bertanya mengapa. Sedangkan ketika Anda bertanya apa maksud Allah lewat peristiwa ini dalam hidup orang lain dan hidupku akan membuat Anda untuk lebih bertumbuh dalam hidup keberimananmu untuk tidak cenderung mempersalahkan sesuatu atau seseorang, malainkan memetik makna dari sebuah peristiwa. (Ini tentunya sangat beda dengan penyelesaian kasus per kasus dalam dunia peradilan yang memfokuskan pada pertanyaan mengapa, siapa yang melakukan ini atau itu)
Akhirnya, Ebiet, sang penyanyi lagu-lagu refleksif mengingatkan kita semua tentang sesuatu yang indah dalam lagunya; “Ini bukan suatu hukuman, melainkan hanya satu isyarat agar kita mesti banyak berbenah diri.” Ya, karena kalau kita kajih lebih jauh dan mendalam maka saudara dan akulah yang turut berpartisipasi dalam banyak peristiwa kehidupan yang terjadi baik dalam hidup orang lain maupun hidup kita sendiri. Kitalah pemain utama dalam drama kehidupan manusia di dunia ini. Karena itu, semoga lewat semua peristiwa yang terjadi di dalam hidup, kita bukannya mempersalahkan pihak lain, tapi semoga kita lebih berbenah diri untuk membuat hidup orang lain maupun hidup kita sendiri menjadi berkat bagi orang lain. Segala sesuatu yang terjadi di sekitar kita ada tujuan, manfaat dan maknanya. Sayangnya “banyak orang terfokus pada beratnya tindihan masalah daripada kasih Allah di balik setiap persoalan kehidupan.”
Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,
***Duc in Altum***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar