Kamis, 07 Juli 2011

RENUNGAN PAGI: "BERITA GEMBIRA YANG MENYAKITKAN"


Jumat, 25 Maret 2011
Hari Raya Kabar Suka cita
Luk 1:26-38: “Kabar Gembira yang Menyakitkan”

Apakah sebuah permintaan untuk berkorban adalah kabar yang menggembirakan?
... Di situlah keaslian iman seseorang akan diuji.”


Bila semuanya dilihat dari kaca mata teologi maka tidak ada masalah bagi seorang Maria, karena Allah dapat mempersiapkan segalanya dengan indahnya seperti yang  dilaporkan oleh Lukas, “tidak ada yang mustahil bagi Allah.” Akan tetapi baiklah pagi ini saya mengajakmu untuk merenungkan peristiwa ini dari sisi kemanusiaan Maria sebagai seorang wanita Yahudi yang hidup dalam lingkungan dan ikatan adat istiadat yang tegas dan bahkan keras. Pengalaman satu semester mengambil fak “Antropologi Kitab Suci” sungguh menjadi berkat bagiku untuk lebih mengerti dan memahami segala peristiwa dan tokoh-tokoh dalam Kitab Suci dari konteks adat-istiadatnya. Profesorku selalu mengingatkan; ini bukan fak teologi, tapi “antropologi Kitab Suci” di mana segala sesuatu harus ditempatkan dalam konteks reaksi manusia terhadap kehadiran yang Ilahi, dan harus dibaca dari konteks adat-istiadat di mana Kitab Suci ditulis atau di mana seorang nabi berbicara.

Setelah membaca Injil hari ini, saya mencoba sejenak membayangkan ke masa lalu saat Maria di datangi oleh Malaikat Gabriel yang mengatakan perkenaan Allah bahwa Maria akan mengandung dan melahirkan seorang anak, yang akan dinamai Yesus, Putra Allah yang Mahatinggi. Ini tentunya sebuah kabar yang menggembirakan bagi semua manusia karena nubuat para nabi tentang keselamatan kini menjadi nyata. Namun, apakah ini sungguh menjadi sebuah berita yang menggembirkan bagi seorang gadis perawan seperti Maria? Mengetahui bahwa seorang wanita berzinah saja pasti hukum rajam dengan batu sampai mati sedang menanti, apalagi kehamilan seorang wanita yang menjadi bukti nyata sebuah “aib” yang disembunyikan? Baiklah kita berpikir dan merasa dari sisi Maria sebagai seoranga gadis Yahudi yang tahu betul akan resiko dari pilihannya ketika ia menyatakan “ya” terhadap tawaran malaikat Gabriel untuk mengandung dan melahirkan seorang bayi, dan hukuman rajam yang akan diterimanya.

Maria pasti tahu persis apa kata teman-teman sebayanya ketika mereka mengetahui bahwa ia sedang mengandung sebelum tinggal serumah dengan tunangannya Yosep. Bukankah ini sebuah “aib” besar dalam hidup seorang gadis seperti Maria? Apakah teman-teman dan anggota keluarganya percaya akan sesuatu yang aneh dari mulut Maria bahwa “aku mengandung dari Roh Kudus?” Ini pasti sebuah kebohongan terbesar sepanjang masa. Maria pasti membayangkan hukum rajam batu menurut adat istiadat bangsanya yang sedang menantinya ketika kehamilannya diketahui umum. Saudaraku, “sungguh...ini sebuah berita gembira yang tidak menyenangkan bagi seorang manusia seperti Maria.” Marilah kita berpikir dan merasakan perasaan Maria waktu itu agar kita memiliki penghormatan yang cukup kepada Maria atas jasa-jasanya yang disangkal dan dicemooh oleh banyak generasi yang cuma menghormati sang Anak yang lahir dari rahimnya tapi mencelahnya dalam hidup keberimanan mereka.

Bila hari ini kita diberi kesempatan untuk merenungkan tentang seorang Maria, maka kuajak engkau padanglah wajah polos Maria baik melalui gambar maupun patung, atau setidak-tidaknya membayangkan penderitaan batin yang dirasakan oleh Maria saat itu sebagai seorang manusia biasa, yang berani menyatakan “ya” terhadap tawaran Allah yang akan mendatangkan penderitaan bagi jiwa raganya. Maria, sungguh tahu resiko yang akan diterimanya kelak, tapi ia mau menyatakan ya kepada utusan Allah itu karena ia percaya bahwa Allah akan berdiri membela perkaranya di hadapan manusia yang mencelahnya.

Merenungkan tentang peranan Maria, khususnya masa awal ia mengandung, yang mendapatkan cibiran dan cemoohan dari teman-teman sebayanya maka seharusnya kita merasa malu terhadap diri sendiri bila kita tidak mau menghormatinya, apalagi mencelah dan mencemoohnya. Jika hari ini kita merayakan kabar suka cita, maka saya hanya mengajakmu untuk datang kepada Maria dan menyatakan yang satu ini; Kalau pun engkau tidak percaya kepadanya, tapi baiklah inilah yang Anda perlu lakukan; bacalah Injil hari dan bayangkanlah sisi kemanusiaan Maria yang menerima kabar gembira yang tidak menyenangkan itu, sehingga engkau mempunyai rasa hormat dan terima kasih kepada Maria yang telah berjuang menahan rasa malu hanya karena kerelaannya untuk mengandung dan melahirkan Yesus, Yang sekarang Anda agung-agungkan sebagai Penyelematmu. Masakah engkau membenci seorang wanita yang dari rahimnya lahir seorang bayi yang Anda sebut Penyelamatmu? Hanya orang durhaka saja yang bisa melakukan tindakan tidak terpuji seperti ini. Aku percaya bahwa Yesus pun tidak akan menerima sesuatu yang hina yang disematkan kepada ibunya yang tercinta. Bunda, maafkanlah kami. Tapi, bila ada yang menghinamu, baiklah kupanjatkan doa jelek ini; “Biarkalah mereka mencelamu dan menolakmu sebagai Bunda mereka sehingga aku mempunyai banyak waktu dan kesempatan untuk mengalami pelukan eratmu sebagai Bundaku.” Untuk ini pun aku yakin engkau akan menegurku, karena engkau Bunda bagi semua orang ketika Putramu sendiri mengatakan kepada Yohanes; “Itulah Bundamu.” Aku hanya menangis mendengar semua cercaan dan cemoohan yang ditujukan oleh sahabat-sahabat Yesus, putramu kepadamu. Maafkanlah aku Bunda.


Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,

***Duc in Altum***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar